All hands,
Salah satu operasi yang cukup sering digelar Angkatan Laut negara-negara maju selain Maritime Security Operations (MSO) adalah Non-Combatant Evacuation Operations (NOE Ops). NOE Ops biasanya digelar ketika di suatu negara terjadi konflik, yang mendorong negara-negara maju mengirimkan kapal perangnya untuk mengevaluasi warga negaranya serta warga asing lainnya dari wilayah konflik itu. Contohnya adalah Perang Lebanon Juli-Agustus 2006, di mana Angkatan Laut Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan India mengirimkan kapal perangnya ke lepas pantai Beirut untuk mengevakuasi warga negara mereka masing-masing dari sana.
Indonesia pernah hampir mengalami hal serupa waktu kerusuhan Mei 1998. Saat itu beberapa kapal perang Amerika Serikat sudah berada di perairan Laut Jawa dan sekitarnya, tinggal menunggu perintah dari Washington untuk mengevakuasi warganya dari Jakarta. Cuma perintah yang ditunggu itu nggak pernah turun, entah kenapa. Apakah karena Indonesia menyatakan keberatan atau kondisi Jakarta yang sudah kembali dikuasai aparat keamanan ataukah orang-orang asing di Jakarta (kecuali staf diplomatik esensial) sudah berhasil meninggalkan Jakarta lewat penerbangan komersial.
Contoh kasus itu menandakan bahwa Indonesia sangat potensial untuk menjadi sasaran NOE Ops. Komunitas asing banyak tersebar di sini, bukan saja di kota-kota besar, tapi juga di pedalaman. Lihat di Tembaga Pura yang menjadi lahan konsesi Freeport. Pengamanan Freeport bagi Amerika Serikat dilaksanakan oleh U.S. Pacom, dalam hal ini Armada Ketujuh Amerika Serikat. Kalau kondisi keamanan di sana bergolak dan mengancam investasi serta keselamatan warga Amerika Serikat, kapal-kapal perang Armada Ketujuh segera bergerak. Selain Armada Ketujuh, armada Angkatan Laut dan pesawat udara Australia juga siap bergerak ke sana untuk NOE Ops.
Wilayah potensial NOE Ops lainnya adalah Pulau Sumatera. Di pulau ini bukan saja kepentingan Amerika Serikat saja yang ada (tambang minyak), tapi juga kepentingan India. Di sini banyak tersebar komunitas India. India di dalam dokumen Strategi Militer Maritim India sudah menegaskan akan melindungi diaspora India yang berada di sekitar kawasan Samudera India.
Pihak lain yang akan ambil untung adalah Singapura. Atas nama negara-negara maju lain, dia akan gelar NOE di Pulau Sumatera. Kita kan tahu negeri kecil dan licik ini anggota Persemakmuran. Dia bisa beroperasi atas nama Persemakmuran, bisa pula atas nama FPDA.
Tantangan buat Indonesia adalah bagaimana menjamin stabilitas keamanan di wilayahnya, sehingga tidak tercipta peluang NOE Ops bagi negara-negara lain di sini. Jangan lagi kita jadikan wilayah kita sebagai ajang demonstrasi militer negara-negara lain, seperti pasca tsunami Aceh 26 Desember 2004.
Salah satu operasi yang cukup sering digelar Angkatan Laut negara-negara maju selain Maritime Security Operations (MSO) adalah Non-Combatant Evacuation Operations (NOE Ops). NOE Ops biasanya digelar ketika di suatu negara terjadi konflik, yang mendorong negara-negara maju mengirimkan kapal perangnya untuk mengevaluasi warga negaranya serta warga asing lainnya dari wilayah konflik itu. Contohnya adalah Perang Lebanon Juli-Agustus 2006, di mana Angkatan Laut Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan India mengirimkan kapal perangnya ke lepas pantai Beirut untuk mengevakuasi warga negara mereka masing-masing dari sana.
Indonesia pernah hampir mengalami hal serupa waktu kerusuhan Mei 1998. Saat itu beberapa kapal perang Amerika Serikat sudah berada di perairan Laut Jawa dan sekitarnya, tinggal menunggu perintah dari Washington untuk mengevakuasi warganya dari Jakarta. Cuma perintah yang ditunggu itu nggak pernah turun, entah kenapa. Apakah karena Indonesia menyatakan keberatan atau kondisi Jakarta yang sudah kembali dikuasai aparat keamanan ataukah orang-orang asing di Jakarta (kecuali staf diplomatik esensial) sudah berhasil meninggalkan Jakarta lewat penerbangan komersial.
Contoh kasus itu menandakan bahwa Indonesia sangat potensial untuk menjadi sasaran NOE Ops. Komunitas asing banyak tersebar di sini, bukan saja di kota-kota besar, tapi juga di pedalaman. Lihat di Tembaga Pura yang menjadi lahan konsesi Freeport. Pengamanan Freeport bagi Amerika Serikat dilaksanakan oleh U.S. Pacom, dalam hal ini Armada Ketujuh Amerika Serikat. Kalau kondisi keamanan di sana bergolak dan mengancam investasi serta keselamatan warga Amerika Serikat, kapal-kapal perang Armada Ketujuh segera bergerak. Selain Armada Ketujuh, armada Angkatan Laut dan pesawat udara Australia juga siap bergerak ke sana untuk NOE Ops.
Wilayah potensial NOE Ops lainnya adalah Pulau Sumatera. Di pulau ini bukan saja kepentingan Amerika Serikat saja yang ada (tambang minyak), tapi juga kepentingan India. Di sini banyak tersebar komunitas India. India di dalam dokumen Strategi Militer Maritim India sudah menegaskan akan melindungi diaspora India yang berada di sekitar kawasan Samudera India.
Pihak lain yang akan ambil untung adalah Singapura. Atas nama negara-negara maju lain, dia akan gelar NOE di Pulau Sumatera. Kita kan tahu negeri kecil dan licik ini anggota Persemakmuran. Dia bisa beroperasi atas nama Persemakmuran, bisa pula atas nama FPDA.
Tantangan buat Indonesia adalah bagaimana menjamin stabilitas keamanan di wilayahnya, sehingga tidak tercipta peluang NOE Ops bagi negara-negara lain di sini. Jangan lagi kita jadikan wilayah kita sebagai ajang demonstrasi militer negara-negara lain, seperti pasca tsunami Aceh 26 Desember 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar