All hands,
Merupakan hal yang menyedihkan ketika kita melakukan akuisisi alutsista namun tidak komplit. Tidak komplit yang dimaksud adalah kita lebih mendahulukan akuisisi alutsista tetapi tanpa juga memprioritaskan dukungan logistiknya. Akhirnya ketika alutsista masuk dalam inventori kita, belum didukung oleh dukungan logistik alias integrated logistic support.
Dalam kondisi demikian, sulit untuk membayangkan bagaimana bila ada komponen-komponen yang harus diganti, baik karena rusak maupun masa pakainya sudah habis. Kemana kita harus mencari dukungan logistiknya? Apakah kita harus kanibal alutsista sejenis?
Kalau kita telusuri kenapa masalah ini terjadi, alasannya selalu masalah dana alias uang. Apakah benar alasan yang demikian sederhana itu? Menurut saya jawabannya tidak seperti itu.
Kenapa? Dalam pengadaan alutsista, mestinya perencanaan itu harus komprehensif. Bukankah dalam paket akuisisi yang disediakan oleh produsen yang disiapkan bukan saja alutsistanya, tetapi juga dukungan logistiknya. Aneh bila kita membeli alutsista tanpa dukungan logistik dengan alasan belum ada dukungan anggaran.
Akuisisi alutsista jelas berbeda dengan beli mobil. Kita beli mobil nggak perlu dengan suku cadangnya. Kalau alasan anggaran, yah semestinya harus dipenuhi. Pemerintah kita sebenarnya cukup kaya kok. Negara nggak akan bangkrut hanya karena mengeluarkan Rp.30-40 trilyun untuk akuisisi beberapa buah kapal perang AL.
Keluarkan Rp.600 trilyun saja buat BLBI yang nggak jelas pertanggungjawabannnya itu saja Indonesia nggak bangkut. Apalagi cuma Rp.30-40 trilyun. Tinggal mau apa tidak keluarkan itu. Untuk itu tergantung hasil lobi juga ke pemerintah dan DPR.
Artinya, harus diperjuangkan bahwa kebutuhan dana itu bukan saja untuk alutsistanya, tetapi juga dukungan suku cadang hingga beberapa tahun ke depan.
Katakanlah paket logistiknya untuk dukungan hingga dua tahun. Sangat terlalu sering didengungkan bahwa pertempuran tidak dapat dimenangkan tanpa dukungan logistik. Tapi dalam prakteknya, kita sendiri yang justru tidak melaksanakan slogan itu.
Merupakan hal yang menyedihkan ketika kita melakukan akuisisi alutsista namun tidak komplit. Tidak komplit yang dimaksud adalah kita lebih mendahulukan akuisisi alutsista tetapi tanpa juga memprioritaskan dukungan logistiknya. Akhirnya ketika alutsista masuk dalam inventori kita, belum didukung oleh dukungan logistik alias integrated logistic support.
Dalam kondisi demikian, sulit untuk membayangkan bagaimana bila ada komponen-komponen yang harus diganti, baik karena rusak maupun masa pakainya sudah habis. Kemana kita harus mencari dukungan logistiknya? Apakah kita harus kanibal alutsista sejenis?
Kalau kita telusuri kenapa masalah ini terjadi, alasannya selalu masalah dana alias uang. Apakah benar alasan yang demikian sederhana itu? Menurut saya jawabannya tidak seperti itu.
Kenapa? Dalam pengadaan alutsista, mestinya perencanaan itu harus komprehensif. Bukankah dalam paket akuisisi yang disediakan oleh produsen yang disiapkan bukan saja alutsistanya, tetapi juga dukungan logistiknya. Aneh bila kita membeli alutsista tanpa dukungan logistik dengan alasan belum ada dukungan anggaran.
Akuisisi alutsista jelas berbeda dengan beli mobil. Kita beli mobil nggak perlu dengan suku cadangnya. Kalau alasan anggaran, yah semestinya harus dipenuhi. Pemerintah kita sebenarnya cukup kaya kok. Negara nggak akan bangkrut hanya karena mengeluarkan Rp.30-40 trilyun untuk akuisisi beberapa buah kapal perang AL.
Keluarkan Rp.600 trilyun saja buat BLBI yang nggak jelas pertanggungjawabannnya itu saja Indonesia nggak bangkut. Apalagi cuma Rp.30-40 trilyun. Tinggal mau apa tidak keluarkan itu. Untuk itu tergantung hasil lobi juga ke pemerintah dan DPR.
Artinya, harus diperjuangkan bahwa kebutuhan dana itu bukan saja untuk alutsistanya, tetapi juga dukungan suku cadang hingga beberapa tahun ke depan.
Katakanlah paket logistiknya untuk dukungan hingga dua tahun. Sangat terlalu sering didengungkan bahwa pertempuran tidak dapat dimenangkan tanpa dukungan logistik. Tapi dalam prakteknya, kita sendiri yang justru tidak melaksanakan slogan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar