All hands,
Mengingat bahwa salah satu kepentingan strategis Australia terletak pada jalur-jalur pendekat maritim, yang dalam konteks Indonesia terjemahannya adalah wilayah, choke points yang terbentang dari Pulau Bali hingga Pulau Timor, maka sudah seharusnya bila Indonesia merespon hal tersebut. Salah satu bentuk respon adalah meninjau ulang gelar kekuatan TNI di wilayah-wilayah itu, baik kekuatan laut, udara maupun darat. Bukan sesuatu yang berlebihan bila kemampuan pertahanan Indonesia saat ini memperhitungkan pula ancaman dari selatan, bukan cuma terpaku dari utara.
Sebab bila terpaku dari utara, bisa saja ada pengelabuan oleh lawan. Lawan di utara bikin sibuk Indonesia, sehingga kurang fokus terhadap ancaman dari selatan. Ketika Indonesia sibuk di utara, dari selatan tiba-tiba melakukan pendadakan. Skenario ini sangat mungkin, sebab utara dan selatan berada pada kelompok yang sama. Contoh gamblang dari kekompakan utara dan selatan bisa dilihat di Timor Timur dari 1999 hingga sekarang.
Indonesia perlu memperkuat gelar kekuatan di wilayah yang terbentang dari Pulau Bali hingga Pulau Timor. Gelar kekuatan itu dalam konteks AL adalah lebih meningkatkan kehadiran kapal perang di wilayah-wilayah itu alias gelar penindakan. Sebab untuk gelar kekuatan permanen relatif sudah cukup, tinggal bagaimana meningkatkan kemampuan dukungan logistik dari satuan-satuan gelar permanen tersebut.
Gelar kekuatan TNI di wilayah-wilayah itu harus disinkronkan, agar bisa mencapai interoperability. Sekali lagi, Indonesia jangan terkecoh dengan manuver di utara. Jangan sampai negeri ini menari dengan gendang yang dipukul oleh orang lain.
Mengingat bahwa salah satu kepentingan strategis Australia terletak pada jalur-jalur pendekat maritim, yang dalam konteks Indonesia terjemahannya adalah wilayah, choke points yang terbentang dari Pulau Bali hingga Pulau Timor, maka sudah seharusnya bila Indonesia merespon hal tersebut. Salah satu bentuk respon adalah meninjau ulang gelar kekuatan TNI di wilayah-wilayah itu, baik kekuatan laut, udara maupun darat. Bukan sesuatu yang berlebihan bila kemampuan pertahanan Indonesia saat ini memperhitungkan pula ancaman dari selatan, bukan cuma terpaku dari utara.
Sebab bila terpaku dari utara, bisa saja ada pengelabuan oleh lawan. Lawan di utara bikin sibuk Indonesia, sehingga kurang fokus terhadap ancaman dari selatan. Ketika Indonesia sibuk di utara, dari selatan tiba-tiba melakukan pendadakan. Skenario ini sangat mungkin, sebab utara dan selatan berada pada kelompok yang sama. Contoh gamblang dari kekompakan utara dan selatan bisa dilihat di Timor Timur dari 1999 hingga sekarang.
Indonesia perlu memperkuat gelar kekuatan di wilayah yang terbentang dari Pulau Bali hingga Pulau Timor. Gelar kekuatan itu dalam konteks AL adalah lebih meningkatkan kehadiran kapal perang di wilayah-wilayah itu alias gelar penindakan. Sebab untuk gelar kekuatan permanen relatif sudah cukup, tinggal bagaimana meningkatkan kemampuan dukungan logistik dari satuan-satuan gelar permanen tersebut.
Gelar kekuatan TNI di wilayah-wilayah itu harus disinkronkan, agar bisa mencapai interoperability. Sekali lagi, Indonesia jangan terkecoh dengan manuver di utara. Jangan sampai negeri ini menari dengan gendang yang dipukul oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar