All hands,
Perdebatan mengenai kebangkitan Angkatan Laut Cina telah menjadi topik yang belum selesai di kawasan dalam 8 tahun terakhir. Pertanyaan utama dari topik itu cuma satu, apakah kebangkitannya merupakan ancaman atau tidak? Ada beberapa pendapat berbeda mengenai isu ini.
Pendapat pertama menyatakan bahwa kebangkitan Angkatan Laut Cina merupakan ancaman, sebab arah dari pembangunan kekuatan Cina adalah menuju kekuatan global. Pihak yang memegang teguh pendapat ini menunjukkan pengadaan kapal selam nuklir, kapal perusak berkemampuan ocean going dan ambisi Negeri Tirai Bambu membangun kapal induk sebagai indikasi nyata bahwa hal itu merupakan ancaman. Sebab Cina dinilai belum mau “terikat” pada norma-norma keamanan internasional. Penganut keyakinan demikian adalah Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di kawasan Asia Pasifik, seperti Jepang, Korea Selatan, Australia dan India.
Pendapat kedua menyatakan bahwa kebangkitan Angkatan Laut Cina lebih sebagai reaksi terhadap gesture Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan terhadap negeri itu. Cina merasa bahwa deployment kekuatan laut Paman Sam di kawasan Asia Pasifik ditujukan padanya, misalnya pada kasus tabrakan antara pesawat EP-3 Aries dengan pesawat udara Cina. Begitu pula dengan kasus USS Impecabble (T-AGOS 23). Menurut pendapat ini, pembangunan kekuatan laut Cina yang berkemampuan proyeksi kekuatan lebih sebagai reaksi untuk mengamankan kepentingan nasionalnya, khususnya menyangkut SLOC.
Beijing mengenal adanya The Malacca Dilemma, yang mana negeri itu merasa bahwa Amerika Serikat dapat melaksanakan cekikan kapan saja terhadapnya di Selat Malaka. Pada sisi lain, perairan tersebut merupakan SLOC vital baginya. Untuk keluar dari The Malacca Dilemma, tidak heran bila BUMN migas Cina didorong untuk membuka jaringan pipa dan pelabuhan di beberapa negara Asia Selatan, seperti Bangladesh dan Pakistan. Sebagai kompensasinya, kedua negara selain mendapat senjata buatan Beijing, turut pula diberikan teknologi militer.
Apabila ditarik ke dalam konteks Indonesia, kebangkitan Angkatan Laut Cina merupakan ancaman atau tidak? Untuk menjawab pertanyaan itu, dapat digunakan parameter yaitu kepentingan nasional Indonesia. Dari situ akan dengan mudah ditemukan jawabannya.
Perdebatan mengenai kebangkitan Angkatan Laut Cina telah menjadi topik yang belum selesai di kawasan dalam 8 tahun terakhir. Pertanyaan utama dari topik itu cuma satu, apakah kebangkitannya merupakan ancaman atau tidak? Ada beberapa pendapat berbeda mengenai isu ini.
Pendapat pertama menyatakan bahwa kebangkitan Angkatan Laut Cina merupakan ancaman, sebab arah dari pembangunan kekuatan Cina adalah menuju kekuatan global. Pihak yang memegang teguh pendapat ini menunjukkan pengadaan kapal selam nuklir, kapal perusak berkemampuan ocean going dan ambisi Negeri Tirai Bambu membangun kapal induk sebagai indikasi nyata bahwa hal itu merupakan ancaman. Sebab Cina dinilai belum mau “terikat” pada norma-norma keamanan internasional. Penganut keyakinan demikian adalah Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di kawasan Asia Pasifik, seperti Jepang, Korea Selatan, Australia dan India.
Pendapat kedua menyatakan bahwa kebangkitan Angkatan Laut Cina lebih sebagai reaksi terhadap gesture Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan terhadap negeri itu. Cina merasa bahwa deployment kekuatan laut Paman Sam di kawasan Asia Pasifik ditujukan padanya, misalnya pada kasus tabrakan antara pesawat EP-3 Aries dengan pesawat udara Cina. Begitu pula dengan kasus USS Impecabble (T-AGOS 23). Menurut pendapat ini, pembangunan kekuatan laut Cina yang berkemampuan proyeksi kekuatan lebih sebagai reaksi untuk mengamankan kepentingan nasionalnya, khususnya menyangkut SLOC.
Beijing mengenal adanya The Malacca Dilemma, yang mana negeri itu merasa bahwa Amerika Serikat dapat melaksanakan cekikan kapan saja terhadapnya di Selat Malaka. Pada sisi lain, perairan tersebut merupakan SLOC vital baginya. Untuk keluar dari The Malacca Dilemma, tidak heran bila BUMN migas Cina didorong untuk membuka jaringan pipa dan pelabuhan di beberapa negara Asia Selatan, seperti Bangladesh dan Pakistan. Sebagai kompensasinya, kedua negara selain mendapat senjata buatan Beijing, turut pula diberikan teknologi militer.
Apabila ditarik ke dalam konteks Indonesia, kebangkitan Angkatan Laut Cina merupakan ancaman atau tidak? Untuk menjawab pertanyaan itu, dapat digunakan parameter yaitu kepentingan nasional Indonesia. Dari situ akan dengan mudah ditemukan jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar