All hands,
Pada halaman 41 Defending Australia In The Asia Pacific Century: Force 2030 dinyatakan bahwa our most basic strategic interest remains the defence of Australia against direct armed attack.....This means that we have a fundamental interest in controlling the air and sea approaches to our continent, if necessary by defeating hostile forces in their bases or staging areas, or attacking them in transit.
Selanjutnya di halaman 59 tercantum ....This entails a fundamentally maritime strategy, for which Australia requires forces that can operate with decisive effect throughout the northern maritime and littoral approaches to Australia...
Dari situ dapat disimpulkan bahwa hanya orang yang mengalami gangguan kejiwaan saja yang tidak setuju bahwa controlling the air and sea approaches to our continent dan throughout the northern maritime and littoral approaches to Australia tak lain adalah wilayah yurisdiksi Indonesia. Kebijakan dan strategi itu memang bukan hal baru, karena juga ditulis dalam Defence 2000: Our Future Defence Force di halaman 30.
Lalu apa means untuk mewujudkan strategi tersebut? Dalam bidang maritim adalah pembangunan kemampuan peperangan bawah air melalui pengadaan 12 kapal selam nuklir dan delapan fregat baru yang fungsi asasinya adalah AKS. Selain itu ada pula akuisisi 24 heli berkemampuan AKS. Semua pengadaan itu di luar program AWD yang tengah berjalan.
Bagi kita yang paham betul soal strategi maritim, peningkatan kemampuan peperangan bawah air Australia sebagaimana digariskan dalam Defending Australia In The Asia Pacific Century: Force 2030 dapat dipastikan sebagai reaksi terhadap pembangunan kemampuan peperangan kapal selam di beberapa negara sekitar Australia dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk rencana Indonesia membeli kapal selam Kilo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar