All hands,
Penggunaan metode Wolf Pack sebagai taktik dalam peperangan kapal selam selain harus memperhatikan seberapa banyak kekuatan kapal selam yang terlibat, juga harus pula mempertimbangkan masalah komunikasi. Sebab metode Wolf Pack digunakan di perairan yang luas atau laut bebas pada GPL lawan. Metode ini digunakan salah satu tujuannya untuk memutus GPL lawan, sehingga diharapkan akan mempengaruhi will lawan guna melanjutkan perang.
Masalah komunikasi kapal selam merupakan titik krusial dalam operasi. Bagi kapal selam konvensional, untuk melaksanakan komunikasi harus muncul di permukaan terlebih dahulu atau setidaknya harus memunculkan antenanya ke atas permukaan air. Situasi seperti ini cukup berbahaya karena dapat dideteksi oleh lawan, khususnya oleh pesawat patroli maritim. Untuk menghindari terdeteksi oleh lawannya, biasanya kapal selam konvensional melaksanakan komunikasi saat terjadinya perpindahan antara siang dan malam, karena pada waktu itu terjadi sejumlah anomali laut yang dapat mempersulit lawan mendeteksi kehadiran kapal selam.
Sedangkan untuk kapal selam nuklir, mereka mampu melaksanakan komunikasi via satelit meskipun tengah menyelam di bawah air. Kemampuan ini dimiliki oleh Angkatan Laut Rusia, Inggris dan Amerika Serikat. Frekuensi yang digunakan biasanya ELF. Tidak heran bila negara-negara itu mempunyai stasiun komunikasi kapal selam di beberapa bagian dunia, misalnya milik U.S. Navy di Australia Barat.
Kembali ke metode Wolf Pack, taktik ini hanya bisa digunakan bila ada kemampuan komunikasi antar kapal selam maupun dengan pangkalan di darat yang bagus. Sebab kapal selam yang terlibat banyak, ada yang berfungsi sebagai kapal selam pemukul, ada pula yang berfungsi sebagai kapal selam pengintai taktis. Kapal selam yang terakhir harus mampu memberikan data sasaran kepada kapal selam pemukul untuk diaksi lanjut.
Komunikasi akan terkait pula dengan kodal. Entah kodalnya di pangkalan darat atau di salah satu kapal selam yang terlibat, perwira operasi yang bertanggungjawab soal kodal memiliki tantangan yang sangat besar. Jangan sampai kodalnya diganggu dan atau disadap oleh lawan. Kini muncul pertanyaan, Angkatan Laut mana di sekitar Indonesia yang mumpuni kemampuan komunikasi dan kodalnya dalam operasi kapal selam?
Penggunaan metode Wolf Pack sebagai taktik dalam peperangan kapal selam selain harus memperhatikan seberapa banyak kekuatan kapal selam yang terlibat, juga harus pula mempertimbangkan masalah komunikasi. Sebab metode Wolf Pack digunakan di perairan yang luas atau laut bebas pada GPL lawan. Metode ini digunakan salah satu tujuannya untuk memutus GPL lawan, sehingga diharapkan akan mempengaruhi will lawan guna melanjutkan perang.
Masalah komunikasi kapal selam merupakan titik krusial dalam operasi. Bagi kapal selam konvensional, untuk melaksanakan komunikasi harus muncul di permukaan terlebih dahulu atau setidaknya harus memunculkan antenanya ke atas permukaan air. Situasi seperti ini cukup berbahaya karena dapat dideteksi oleh lawan, khususnya oleh pesawat patroli maritim. Untuk menghindari terdeteksi oleh lawannya, biasanya kapal selam konvensional melaksanakan komunikasi saat terjadinya perpindahan antara siang dan malam, karena pada waktu itu terjadi sejumlah anomali laut yang dapat mempersulit lawan mendeteksi kehadiran kapal selam.
Sedangkan untuk kapal selam nuklir, mereka mampu melaksanakan komunikasi via satelit meskipun tengah menyelam di bawah air. Kemampuan ini dimiliki oleh Angkatan Laut Rusia, Inggris dan Amerika Serikat. Frekuensi yang digunakan biasanya ELF. Tidak heran bila negara-negara itu mempunyai stasiun komunikasi kapal selam di beberapa bagian dunia, misalnya milik U.S. Navy di Australia Barat.
Kembali ke metode Wolf Pack, taktik ini hanya bisa digunakan bila ada kemampuan komunikasi antar kapal selam maupun dengan pangkalan di darat yang bagus. Sebab kapal selam yang terlibat banyak, ada yang berfungsi sebagai kapal selam pemukul, ada pula yang berfungsi sebagai kapal selam pengintai taktis. Kapal selam yang terakhir harus mampu memberikan data sasaran kepada kapal selam pemukul untuk diaksi lanjut.
Komunikasi akan terkait pula dengan kodal. Entah kodalnya di pangkalan darat atau di salah satu kapal selam yang terlibat, perwira operasi yang bertanggungjawab soal kodal memiliki tantangan yang sangat besar. Jangan sampai kodalnya diganggu dan atau disadap oleh lawan. Kini muncul pertanyaan, Angkatan Laut mana di sekitar Indonesia yang mumpuni kemampuan komunikasi dan kodalnya dalam operasi kapal selam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar