All hands,
Manuver kapal perang Negeri Tukang Klaim KD Baung-3509 di Laut Sulawesi pagi tadi yang kembali memprovokasi AL kita harus disikapi oleh otoritas nasional di bidang pertahanan. Sebab upaya provokasi itu sudah pasti merupakan arahan dari otoritas nasional Negeri Tukang Klaim di Kuala Lumpur dan merupakan peristiwa yang senantiasa berulang. Tidak heran seorang rekan yang sedang beroperasi di perairan itu bertanya, sampai kapan begini terus?
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam operasi di Laut Sulawesi adalah kehadiran unsur-unsur AL dan AU di sana. Unsur-unsur AL, baik kapal perang maupun pesawat udara, beroperasi di bawah Satgas Ops Balat Sakti. Sementara unsur-unsur AU beroperasi juga beroperasi di bawah Satgas Ops Tameng Camar.
Dari situ tergambar jelas betapa untuk satu wilayah operasi yang sama, ada dua satgas. Kalau ditinjau dari efisiensi, adanya dua satgas di wilayah operasi yang sama jelas suatu pemborosan. Mestinya dibentuk saja satu satgas gabungan. Terlalu kuno kalau berpikiran bahwa satgasgab atau kogasgab baru bisa dibentuk kalau mau perang.
Mungkin perangkat lunak yang tersedia sekarang tidak mengenal satgasgab atau kogasgab untuk kepentingan di masa damai. Kalau itu alasannya, revisi saja perangkat lunaknya.
AL dan AU di Laut Sulawesi sudah sepantasnya berada di dalam satgas yang sama. Dengan demikian, apabila Subsatgasla atau Subkogasgabla di sana butuh dukungan pesawat udara AU, tinggal perintahkan saja. Tidak pernah lewat rantai komando yang demikian panjang seperti saat ini.
Manuver kapal perang Negeri Tukang Klaim KD Baung-3509 di Laut Sulawesi pagi tadi yang kembali memprovokasi AL kita harus disikapi oleh otoritas nasional di bidang pertahanan. Sebab upaya provokasi itu sudah pasti merupakan arahan dari otoritas nasional Negeri Tukang Klaim di Kuala Lumpur dan merupakan peristiwa yang senantiasa berulang. Tidak heran seorang rekan yang sedang beroperasi di perairan itu bertanya, sampai kapan begini terus?
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam operasi di Laut Sulawesi adalah kehadiran unsur-unsur AL dan AU di sana. Unsur-unsur AL, baik kapal perang maupun pesawat udara, beroperasi di bawah Satgas Ops Balat Sakti. Sementara unsur-unsur AU beroperasi juga beroperasi di bawah Satgas Ops Tameng Camar.
Dari situ tergambar jelas betapa untuk satu wilayah operasi yang sama, ada dua satgas. Kalau ditinjau dari efisiensi, adanya dua satgas di wilayah operasi yang sama jelas suatu pemborosan. Mestinya dibentuk saja satu satgas gabungan. Terlalu kuno kalau berpikiran bahwa satgasgab atau kogasgab baru bisa dibentuk kalau mau perang.
Mungkin perangkat lunak yang tersedia sekarang tidak mengenal satgasgab atau kogasgab untuk kepentingan di masa damai. Kalau itu alasannya, revisi saja perangkat lunaknya.
AL dan AU di Laut Sulawesi sudah sepantasnya berada di dalam satgas yang sama. Dengan demikian, apabila Subsatgasla atau Subkogasgabla di sana butuh dukungan pesawat udara AU, tinggal perintahkan saja. Tidak pernah lewat rantai komando yang demikian panjang seperti saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar