Kebijakan pertahanan Australia didasarkan pada prinsip kemandirian menghadapi serangan dari luar. Namun demikian, Australia sangat membuka pintu kerjasama keamanan melalui koalisi dengan negara-negara lain apabila ancaman itu dipandang tidak dapat dihadapi sendirian. Di situ Negeri Kangguru bersandar pada Amerika Serikat dan FPDA.
Kebijakan tersebut diturunkan ke dalam strategi militer sebagaimana dinyatakan dalam Defending Australia In The Asia Pacific Century: Force 2030 halaman 53. Dinyatakan, our military strategy is crucially dependent on our ability to conduct joint operations in the approaches to Australia - especially those necessary to achieve and maintain air superiority and sea control in places our choosing.
Strategi itu kemudian diterjemahkan dalam pembangunan kekuatan laut dan udara. Di halaman 60 ditulis major surface combatants (destroyers and frigates), submarines and other naval capabilities, supported by air combat (for air superiority and maritime strike) and maritime surveillance and response assets, are necessary to establish sea control, and to project force in our maritime environment (including for the purposes of maintaining freedom of navigation, protecting our shipping, and lifting and supporting land forces).
Apa lesson learned dari situ bagi Indonesia? Pertama, Departemen Pertahanan Indonesia harus belajar bagaimana membuat benang merah antara kebijakan-strategi-pembangunan kekuatan. Benang merah itu tidak ada dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008.
Kedua, penegasan bahwa Angkatan Laut adalah kekuatan yang dapat digunakan untuk kepentingan militer, diplomasi maupun konstabulari. Tugas seperti protecting our shipping adalah bagian tak terpisahkan dari AL, baik dalam konteks melindungi economic well being maupun untuk kepentingan proyeksi kekuatan.
Ketiga, strategi pertahanan Australia adalah memukul kekuatan lawan ketika masih jauh dari wilayah yurisdiksinya. Konsekuensinya kekuatan militer negeri itu harus mampu untuk melakukan proyeksi kekuatan. Maka kekuatan yang dibangun pun dirancang untuk mampu diproyeksikan jauh dari wilayah Australia. Strategi ini tidak lepas dari pengalaman pahit ketika dihajar Jepang pada awal 1942, dengan Darwin menjadi sasaran amuk kekuatan udara Negeri Matahari Terbit.
1 komentar:
Halo Bro All Hands,
Setelah saya baca tentang military hardware yang akan di akuisisi Ausie selama 20 tahun mendatang, sebagian besar adalah untuk Navy. 12 hunter-killer subs, 8 frigat (@7,000ton!) untuk ASW n TMD, 20 unit offshore combatant vessels(?), kapal suplai seberat 15rb ton, 2 LHA @27,000 ton dari Spanyol, 6 heavy lift-landing craft, 46 heli.
Juga ada rudal land-attack cruise buat subs dan surface warships..tidak lupa long range MPA 8 unit.
Melihat daftarnya yang kemungkinan besar bukan cuma wacana seperti negara tetangganya, bagaimana sikap dari TNI-AL sendiri, baik resmi maupun tidak resmi/off record?
Posting Komentar