All hands,
Jepang adalah negara industri maju yang tidak diragukan lagi. Dalam bidang industri pertahanan pun, mereka menguasai teknologinya secara paripurna. Sebagai besar sistem senjata yang digunakan oleh militer Jepang adalah buatan dalam negeri. Terdapat beberapa industri pertahanan utama di Negeri Sakura dan ditinjau oleh ratusan vendor. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir beberapa industri dan vendor yang menekuni bidang pertahanan menutup usahanya di bidang itu dan beralih pada bidang lainnya.
Pertanyaannya, mengapa demikian? Tak bukan dan tidak lain karena adanya aturan nasional negeri itu yang melarang ekspor sistem senjata ke luar negeri. Produk senjata Jepang hanya boleh dikonsumsi oleh militer negeri itu. Karena terkena aturan itu, banyak perusahaan di Jepang yang menekuni bidang pertahanan tidak bisa menghasilkan produk yang memenuhi skala keekonomian.
Skala keekonomian akan tercipta apabila sistem senjata itu diserap oleh pasaran internasional. Anggaran pertahanan negeri kelahiran Laksamana Yamamoto itu memang besar, bahkan salah satu yang terbesar di dunia. Tetapi tetap saja ternyata pasar di dalam negeri tidak mampu menyerap semua produk yang dikembangkan, sehingga berakibat pada ditutupnya atau beralihnya bisnis sejumlah perusahaan yang selama ini menjadi pemasok bagi kebutuhan militer Jepang.
Kasus serupa dapat pula terjadi di Indonesia, yaitu apabila industri pertahanan nasional meminta dimanjakan oleh pemerintah tanpa mau bersaing di pasar regional dan internasional. Seberapa pun dimanja oleh kebijakan pemerintah alias disubsidi, tetap tidak akan bisa mencapai skala keekonomian. Satu-satunya cara agar skala ekonomi terpenuhi adalah bersaing di pasar ekspor.
Harap diingat bahwa anggaran pertahanan Jepang beratus kali lipat dibandingkan anggaran pertahanan Indonesia, namun tidak juga mampu memenuhi skala keekonomian industri pertahanannya. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang anggaran pertahanannya cuma 0.000 sekian persen dari anggaran Jepang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar