All hands,
Instabilitas di kawasan Asia Tenggara salah satu penyebabnya adalah sengketa perbatasan maritim. Dalam isu sengketa perbatasan maritim, pemicu utamanya adalah Negeri Tukang Klaim. Negeri Tukang Klaim harus bertanggung jawab terhadap instabilitas kawasan karena gara-gara Peta 1979 yang diterbitkannya, stabilitas kawasan Asia Tenggara menjadi terancam. Kasus di Laut Sulawesi, Tanjung Berakit, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan adalah karena dipicu oleh ambisi geopolitik Negeri Tukang Klaim yang tidak menghiraukan hukum internasional.
Peta 1979 yang diterbitkan oleh Negeri Tukang Klaim dengan seenaknya mengklaim wilayah perairan negara lain menjadi miliknya. Tentu saja negara lain itu seperti Indonesia, Filipina dan Singapura tidak mau mengakui klaim tersebut dan bersikeras pada posisi masing-masing mengenai batas maritim. Bedanya adalah Negeri Tukang Klaim tidak berani terhadap Manila maupun Singapura, tetapi sangat bertingkah terhadap Jakarta. Ketika pemerintah di Jakarta justru diam saja, sementara sebagian rakyat Indonesia dan pers yang "bergerak", dengan arogannya pejabat Negeri Tukang Klaim yang anti demokrasi meminta pejabat Indonesia yang terkesan sudah menjadi bawahannya untuk menertibkan rakyat Indonesia beserta media massanya. Tentu saja permintaan itu tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah Indonesia karena Indonesia adalah negara demokratis dengan segala kekurangannya, berbeda dengan Negeri Tukang Klaim yang katanya hebat tetapi rakyat dan persnya dibungkam.
Pemicu dari instabilitas kawasan Asia Tenggara saat ini adalah Negeri Tukang Klaim dan hal itu tidak bisa dibantah oleh siapapun. Agar pejabat Indonesia tidak terkesan sebagai bawahan dari pejabat Negeri Tukang Klaim, sudah sepantasnya untuk menggunakan mekanisme kawasan untuk menegur keras Negeri Tukang Klaim. Mekanisme kawasan yang dimaksud adalah ASEAN yang selama ini identik dengan domain para diplomat Dunhill. Tantangannya adalah apakah para diplomat Dunhill mampu menggunakan mekanisme ASEAN untuk menegur Negeri Tukang Klaim secara diplomatis?
Menggunakan instrumen diplomasi hanyalah satu di antara beberapa cara untuk menghadapi instabilitas kawasan yang dipicu oleh Negeri Tukang Klaim. Instrumen lainnya yang dapat digunakan pula adalah Angkatan Laut. Untuk menggunakan instrumen Angkatan Laut, prasyarat nomor satu adalah adanya sikap nasional yang tidak takut menghadapi musuh, bukan sebaliknya mengedepankan slogan a million friends, zero enemy yang hanya ada di alam angan-angan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar