All hands,
Di Indonesia masih ada pihak yang tidak rela melihat Angkatan Laut mengeksploitasi peran diplomasi yang disandangnya. Ketidakrelaan itu jelas karena pihak tersebut tidak ingin melihat kekuatan laut negeri ini maju. Pula, tidak ingin melihat Angkatan Laut Indonesia memainkan peran yang lebih luas dalam ranah pertahanan dan diplomasi Indonesia.
Mengacu pada Hans J. Morgenthau dalam Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace, cara-cara diplomasi ada tiga. Yaitu persuasi, kompromi dan ancaman (penggunaan) kekuatan. Morgenthau dengan yakin menyatakan bahwa penggunaan salah satu saja dari tiga cara itu atau setidaknya pemakaian dua dari tiga cara diplomasi tersebut tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan. Ketiga cara itu harus digunakan sekaligus untuk menghadapi suatu isu yang sama.
Diplomasi Angkatan Laut pada dasarnya bekerja bersama dengan dua cara lainnya, yakni persuasi dan kompromi. Persuasi dan kompromi adalah domain dari pengambil keputusan politik, sementara diplomasi Angkatan Laut dieksploitasi untuk mendukung dua cara tersebut. Sementara para pengambil keputusan politik lewat jalur diplomasi berupaya melakukan persuasi dan kompromi terhadap lawan, kapal perang Angkatan Laut melakukan pamer kekuatan di wilayah tertentu yang terkait dengan kepentingan lawan agar lawan mau mengikuti apa yang kita kehendaki melalui jalur diplomasi.
Berangkat dari sini, diplomasi yang mengandalkan pada soft power dengan menegasikan kekuatan Angkatan Laut adalah kebijakan yang keliru. Sebab Morgenthau sebagai pakar diplomasi yang diakui dunia internasional tidak pernah menegasikan penggunaan kekuatan militer dalam diplomasi antar bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar