All hands,
Terbakarnya kapal LST KD Sri Inderapura (A-1505) milik Angkatan Laut Negeri Tukang Klaim pada 8 Oktober 2009 ternyata memberikan dampak strategis terhadap kemampuan proyeksi kekuatan Kuala Lumpur. Sebab musnahnya kapal eks U.S. Navy itu membuat kemampuan amfibi kekuatan laut Negeri Tukang Klaim berkurang drastis. Padahal dalam rencana operasi Angkatan Laut Negeri Tukang Klaim, dibutuhkan tiga kapal amfibi untuk mendukung pergeseran pasukan Batalyon Reaksi Cepat Negeri Tukang Klaim. Pergeseran yang dimaksud adalah dari wilayah semenanjung ke wilayah Pulau Kalimantan bagian utara.
Situasi itu menggambarkan bahwa kini kemampuan peperangan amfibi Negeri Tukang Klaim tidak mencapai standar yang ditetapkan. Bahkan dapat dinilai, di masa lalu perencanaan pembangunan kekuatan pada Angkatan Laut Negeri Tukang klaim tidak terlalu berfokus pada kemampuan amfibi. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah kapal yang mampu melaksanakan operasi amfibi yang terhitung sangat sedikit. Terbakarnya kapal LST kelas Newport itu memaksa pemerintah Negeri Tukang Klaim untuk menghidupkan kembali program multipurpose support ship program yang ditunda pada 2008 karena ketidakmampuan pemerintahan di Putra Jaya mengelola ekonominya sendiri menghadapi krisis ekonomi dunia 2008.
Walaupun sampai beberapa tahun ke depan diprediksi tidak ada konflik, akan tetapi setiap Angkatan Laut wajib memelihara kemampuan peperangan amfibi. Sebab kemampuan itu manfaatnya bukan sekedar saat ada konflik atau perang, tetapi juga berguna di masa damai. Misalnya untuk melaksanakan operasi HADR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar