All hands,
Ketika salah satu kapal selam Indonesia pada awal 1980-an tengah melakukan perjalanan dari Kiel, Jerman Barat menuju sarangnya di Surabaya, Angkatan Laut NATO tengah mengadakan latihan anti kapal selam di Laut Mediterania. Wilayah perairan itu merupakan jalur lintasan kapal selam Indonesia dan ketika melintasi perairan tersebut modanya adalah menyelam. Dalam moda tersebut, kapal selam Indonesia mendeteksi banyak sekali pancaran sonar dari kapal-kapal permukaan.
Karena tidak paham dengan situasi yang tengah terjadi di perairan itu ---yakni adanya latihan perang-perangan NATO, diputuskan kapal selam Indonesia muncul ke permukaan. Ternyata kapal selam Indonesia muncul di tengah-tengah konvoi kapal perang Angkatan Laut negara-negara NATO. Usut punya usut, ternyata sonar kapal perang NATO tak ada yang menangkap kehadiran U-209/1300 milik Indonesia. Singkat, kedua belah pihak sama-sama terkejut.
Pelajaran dari kasus itu menunjukkan bahwa kapal selam U-209 buatan Jerman memang sangat senyap, sehingga tidak bisa dideteksi oleh sonar kapal perang NATO yang pasti tergolong sangat modern dan maju. Terkait dengan rencana pengadaan kapal selam baru Indonesia, hendaknya para pengambil keputusan menimbang dengan seksama dan tidak dalam tempo yang sesingkat-singkatnya soal pemilihan produsen kapal selam. Pilihlah produsen kapal selam yang sudah terbukti keunggulannya. Dalam soal keunggulan, nampaknya cuma ada dua negara yang layak diperhitungkan yaitu Rusia dan Jerman.
Pengadaan kapal selam pasti tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan politik. Oleh karena itu, dari dua pilihan itu perlu dipertimbangkan mana yang resiko politiknya lebih kecil bagi Indonesia dalam pengadaan kapal selam tersebut. Terkadang resiko politik itu bayarannya mahal dan selalu tidak berbentuk materi. Bisa saja bayarannya adalah intervensi politik dari negara yang tidak senang Indonesia mengakuisisi kapal selam dari negeri tertentu.