All hands,
Latihan perang Angkatan Laut merupakan salah satu cara untuk mengirim pesan secara politik dan militer kepada calon lawan atau pihak yang berpotensi menjadi lawan. Oleh karena itu, skenario yang dilatihkan pun adalah skenario terpilih. Maksudnya, skenario yang dirancang disesuaikan dengan kemungkinan jenis peperangan yang akan dipilih oleh calon lawan atau berpotensi menjadi lawan tersebut.
Apabila ancaman terbesar pada tingkat taktis adalah kapal selam, maka skenario yang mendapat perhatian utama ialah anti peperangan kapal selam. Pengembangan skenario itu sama sekali tidak mengabaikan ancaman peperangan lainnya, termasuk peperangan udara. Dengan mendesain skenario yang realistis, maka latihan yang digelar pun akan mendekati kenyataan sesungguhnya apabila terjadi konflik. Pada akhirnya, pesan politik dan militer pun bisa tercapai apabila lokasi latihan dipilih secara cermat dan tepat.
Hal seperti ini perlu dikembangkan di Indonesia. Sebaiknya dipilih skenario utama apa yang akan "dimainkan" dalam latihan perang Angkatan Laut. Artinya, tidak semua skenario harus "dimainkan". Misalnya, apakah perlu "memainkan" skenario operasi amfibi apabila latihan yang digelar adalah menghadapi ancaman konflik di sekitar Natuna. Kecuali apabila kita masih bertahan dengan premis bahwa kekuatan laut dikerahkan untuk merebut kembali wilayah Indonesia yang sudah diduduki oleh lawan.
Ke depan, hendaknya premis itu dikesampingkan untuk sementara dan selanjutnya mari berpikir out of the box. Tanpa berpikir demikian, skenario yang "dimainkan" akan kembali skenario copy and paste dari puluhan latihan sebelumnya. Sudah waktunya "penyakit" copy and paste dihilangkan dalam tubuh kekuatan laut Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar