All hands,
Laut Natuna sangat jelas mempunyai nilai strategi bagi Indonesia, sehingga dengan cara apapun negeri ini akan mempertahankan kedaulatannya di perairan itu dari klaim Cina. Nilai strategis Laut Natuna tidak terbatas pada fungsi sebagai jalur penghubung dan bagian dari ALKI I dan sekaligus pintu masuk ke Indonesia dari arah utara, tetapi juga karena kekayaan minyak dan gas bumi yang dikandungnya. Tambang minyak dan gas bumi di Laut Natuna menyumbang devisa yang tidak sedikit bagi Indonesia, yaitu sekitar sepertiga dari pendapatan minyak dan gas bumi setiap tahunnya.
Di tengah terus menurunnnya kapasitas produksi minyak Indonesia yang kini hanya berkisar pada angka 900 ribu barel per hari, kontribusi hasil minyak dan gas bumi dari Laut Natuna sangat signifikan bagi pundi-pundi APBN. Dana yang mengisi pundi-pundi APBN Indonesia tersebut diperoleh dari perusahaan minyak yang beroperasi di sana, sementara perusahaan minyak asing tersebut mendapat uang dari hasil penjualan gas bumi ke Singapura. Karena Laut Natuna pula maka listrik di Singapura dapat menyala 24 jam non stop, termasuk untuk pangkalan-pangkalan militer negeri itu dan juga fasilitas pengendalian udara di Changi yang ironisnya justru mengendalikan lalu lintas udara di Laut Natuna dan sekitarnya.Gas dari Laut Natuna juga mengalir ke Negeri Tukang Klaim untuk menghidupkan pembangkit listrik di semenanjung.
Bertolak dari situasi tersebut, Indonesia perlu jeli dan cerdik bermain menghadapi klaim Cina atas Laut Natuna. Bagaimana caranya? Antara lain adalah memainkan kartu negara induk perusahaan minyak dan gas bumi yang beroperasi di sana, yang kebetulan tidak ada perusahaan minyak Cina yang berinvestasi di sana. Justru yang berinvestasi adalah perusahaan asal negara yang selama ini konsisten menentang klaim eksesif Beijing terhadap Laut Cina Selatan.
Soal bagaimana memainkan kartu itu, semestinya aktor pengambil keputusan sudah paham. Demi kepentingan nasional, apapun dapat ditempuh meskipun bersifat temporer. Demi kepentingan nasional, tidak ada hal yang tabu apabila Indonesia sengaja melenceng dari jalur tradisionalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar