All hands,
Pada 8 November 2010 di Canberra digelar AUSMIN 2010 yang dihadiri Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan Australia. Agenda yang dibahas dalam konsultasi bilateral itu meliputi U.S. Force Posture Review, isu Cina dan peningkatan penggunaan fasilitas militer di Australia oleh Amerika Serikat. Sangat terang benderang dan jelas bahwa sejumlah isu yang dibahas oleh kedua negara yang di masa lalu sama-sama jajahan Inggris itu akan berdampak terhadap keamanan kawasan Asia Pasifik maupun Indonesia secara khusus.
Soal gelar kekuatan militer Washington di kawasan pasti terkait dengan kebangkitan militer Cina. Oleh karena itu, peningkatan akses dalam penggunaan fasilitas militer di Australia oleh Amerika Serikat dimaksudkan guna menjaga dan meningkatkan profesionalisme kekuatan laut, udara dan darat yang berada di bawah komando U.S. Pacom. Tur Presiden Barack Hussein Obama ke sejumlah negara Asia yang merupakan sekutu penting di luar NATO ----kecuali Indonesia--- mengisyaratkan sekali lagi bahwa Washington tidak akan mundur dari kawasan ini. Sebab apabila itu terjadi, kekosongan kekuatan kawasan akan diisi oleh Cina yang hingga kini sulit ditebak apa maunya.
Kembali ke agenda AUSMIN 2010, semestinya ada keuntungan tidak langsung yang dapat dipetik oleh Indonesia seiring akan terus meningkatnya interaksi Washington-Canberra. Modalitas yang dipunyai oleh Jakarta sudah lebih dari cukup untuk meraih keuntungan tersebut. Tinggal apakah pengambil keputusan di Jakarta mau berpikir out of the box atau tidak. Kalau skenario yang terakhir yang terjadi, maka Kemitraan Komprehensif yang ditandatangani pemimpin Jakarta dan Washington tak ada manfaatnya bagi Indonesia.
1 komentar:
makasih buat infonya
Posting Komentar