All hands,
Pembangunan kekuatan pertahanan Indonesia ---termasuk pembangunan kekuatan Angkatan Laut--- yang saat ini dilaksanakan dengan sasaran tercapainya MEF dapat dipastikan menjadi perhatian beberapa negara di sekitar Indonesia. Tentu saja mereka gentar apabila Indonesia memiliki kekuatan Angkatan Bersenjata yang jauh lebih kuat pada 2024 daripada 2010. Oleh karena itu, sangat mungkin ada upaya sabotase untuk menggagalkan pembangunan kekuatan tersebut.
Salah satu bentuknya yang dewasa ini sangat kasat mata adalah tawaran sistem senjata surplus. Tawaran sistem senjata surplus datang bukan saja dari negara adidaya, tetapi juga dari beberapa negara yang mempunyai hubungan dekat dan mesra dengan negara adidaya itu. Tidak dapat ditutup kemungkinan pula bahwa semua itu merupakan sebuah orkestrasi yang padu dan dirancang dengan baik.
Penawaran sistem senjata surplus memang dalam jangka pendek akan mempercepat pencapaian MEF. Tetapi perlu diwaspadai dampak negatifnya dalam jangka menengah dan panjang, yaitu MEF akan rontok kembali pada tahun 2020-an karena sistem senjata surplus itu sudah tidak ekonomis lagi untuk dipergunakan. Dengan kata lain, upaya bantuan itu sesungguhnya dimaksudkan untuk memperlemah Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.
Pertanyaannya, sadarkah para pengambil keputusan terhadap skenario demikian? Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara sudah sepantasnya memiliki Angkatan Bersenjata terkuat. Hal ini dicermati betul oleh negara-negara di sekitar Indonesia yang sebenarnya tidak ingin melihat Indonesia mempunyai Angkatan Bersenjata yang kuat. Program pembangunan kekuatan ---meskipun kadarnya baru MEF--- sudah membuat mereka gentar. Lalu disusunlah skenario yang seolah membantu pencapaian MEF, tetapi sesungguhnya menggerogoti MEF. Salah satu bentuknya adalah lewat tawaran sistem senjata surplus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar