All hands,
Sikap Indonesia yang dengan sengaja tidak merebut posisi focal point dalam isu keamanan maritim sebagai bagian dari agenda ADMM+ jelas sangat disayangkan. Seperti diketahui, dua negara FPDA yaitu Negeri Tukang Klaim dan negeri penindas Aborigin menjadi penjuru dalam kerjasama keamanan maritim ADMM+. Artinya, urusan keamanan maritim di wilayah Indonesia pun di bawah kendali mereka, padahal Indonesia mempunyai perairan yang jauh lebih luas daripada dua negeri eks jajahan Inggris tersebut.
Pertanyaannya, mengapa Indonesia "kalah"? Jawabannya singkat, sebab Jakarta tidak proaktif mengambil inisiatif. Jakarta lebih senang menjadi penonton yang baik dan kemudian mengambil agenda tersisa yang tidak diambil atau diminati oleh pihak lain. Sikap Jakarta yang demikian tentu saja bertentangan dengan kepentingan nasional Indonesia. Mengingat bahwa ADMM+ di republik ini penjuru utamanya adalah Departemen Pertahanan, maka lembaga inilah yang mesti bisa menjelaskan kepada pemangku kepentingan di Indonesia mengapa Jakarta lebih memilih isu yang kurang strategis dari kacamata kepentingan nasional yaitu pemeliharaan perdamaian daripada isu keamanan maritim.
Terkait dengan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN 2011, berarti Indonesia kini tercatat minus satu poin. Maksudnya, sudah satu peluang yang harusnya diambil oleh Indonesia justru "dilewatkan". Sekarang kedudukan 0-1 bagi keunggulan negara lain terhadap Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar