All hands,
Kekuatan laut Indonesia memiliki pengalaman tidak mengenakkan menyangkut operasional kapal perang bekas di dekade akhir abad ke-20. Hal itu tidak lepas dari besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk menyiapkan sejumlah kapal perang agar siap operasional. Pengalaman tersebut hingga kini masih terekam kuat dalam memori Angkatan Laut, sehingga memunculkan kesadaran kolektif bahwa biaya total pengadaan kapal perang bekas sungguh mahal.
Kini ada negara tetangga Indonesia yang menghibahkan kapal perangnya kepada Indonesia melalui pintu Departemen Pertahanan. Berbicara soal hibah, ada matra militer Indonesia lainnya yang mengalami pengalaman pahit dengan sistem senjata. Sistem senjata yang dihibahkan oleh suatu negara lain di Asia Tenggara kepada matra militer Indonesia pada awal 2000-an kini teronggok di suatu sudut pangkalan matra tersebut. Teronggok tak berarti, karena berbagai macam faktor teknis.
Terkait dengan hibah sistem senjata, sebaiknya Departemen Pertahanan memikirkan dengan matang. Misalnya, apakah sistem senjata yang dihibahkan sesuai dengan kebutuhan operasional di Indonesia. Bagaimana pula dukungan logistiknya?
Apakah sistem senjata yang dihibahkan usia ekonomisnya masih panjang atau sudah mau habis? Berikutnya, apakah sistem senjata itu sesuai dengan kebutuhan Angkatan Laut sebagaimana telah dituangkan dalam renstra menengah? Pertanyaan-pertanyaan itu semestinya dikaji dengan matang oleh Departemen Pertahanan sebelum memberikan jawaban menerima atau menolak hibah tersebut. Jangan sampai Angkatan Laut menjadi korban dari hibah itu dalam dua tiga tahun ke depan. Seperti terbebani oleh anggaran pemeliharaan yang sebenarnya tidak ada dalam renstra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar