All hands,
Kondisi saat ini nampaknya menuntut pemahaman ulang terhadap diplomasi yang dilaksanakan oleh Angkatan Laut. Sebab selama ini praktek diplomasi Angkatan Laut lebih banyak pada naval diplomacy daripada gunboat diplomacy. Naval diplomacy yang dilaksanakan pun lebih sering pada muhibah, sehingga seringkali kapal perang yang disebarkan kredibilitasnya kurang. Hal ini bisa dilihat dari jenis dan ukuran kapal perang yang disebarkan, misalnya kapal latih tiang tinggi, FPB atau korvet ukuran kecil.
Penting untuk dipahami ulang bahwa diplomasi Angkatan Laut harus memperlihatkan unsur kredibilitas, di samping tiga unsur lainnya. Kredibilitas bisa diukur dari jenis kapal perang yang disebarkan, apakah mampu menimbulkan unsur koersif atau tidak. Di sini berperan unsur visibility, maksudnya diplomasi Angkatan Laut harus bisa dilihat oleh pihak lain. Sebagai contoh, hadir di depan pangkalan Angkatan Laut Lumut ---meskipun berada di luar 12 mil laut teritorial Negeri Tukang Klaim--- nilai kredibilitasnya akan berkali lipat daripada ucapan para diplomat atau nota diplomatik.
Singkatnya, dalam diplomasi Angkatan Laut hendaknya Indonesia tidak takut dan ragu-ragu untuk mengeksploitasi aspek suasi dan koersif. Hanya dengan mengeksploitasi kedua aspek itu maka pesan yang ingin disampaikan tercapai. Terkait soal ini, modal utama yang dibutuhkan adalah determinasi nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar