All hands,
Munculnya istilah MOOTW di Amerika Serikat yang di Indonesia oleh rekan saya di Departemen Pertahanan diubah menjadi OMSP kadangkala membingungkan bagi kita yang ada di AL. Membingungkan sebab istilah MOOTW bisa disalahpahami bila kita tak memahami betul peran Angkatan Laut yang terdiri dari tiga peran. Setiap peran tersebut dapat dirinci lebih lanjut ke dalam bentuk-bentuk operasi di laut.
Sepengetahuan saya, istilah MOOTW alias OMSP mulai gencar dimasyarakatkan oleh Departemen Pertahanan ketika diterbitkan Buku Putih Pertahanan 2003. Istilah itu disosialisasikan ke publik biar TNI tidak dikurung di barak seperti kehendak LSM dan hanya keluar ketika ada ancaman militer. Memang situasi saat Buku Putih Pertahanan 2003 disusun sedang gencar-gencarnya tidak in favor of TNI, khususnya pada matra tertentu yang di masa lalu sangat dominan.
Sebenarnya, secara praktek MOOTW atau OMSP sudah sejak dahulu dilaksanakan oleh AL kita. Sebab peran konstabulari dan peran diplomasi pada dasarnya termasuk dalam MOOTW. Sedangkan peran militer berdiri sendiri karena itu sudah pasti war. Singkatnya, hendaknya kita tidak terkecoh dengan MOOTW atau OMSP, seolah-olah itu hal baru bagi AL.
Kalau kita tinjau dari perspektif sejarah, sepanjang usia AL kita dari 1945 hingga saat ini, seberapa banyak melaksanakan peran militer? Peran militer yang dilaksanakan masih belum sebanyak peran konstabulari. Menyangkut peran diplomasi, juga tidak banyak.
Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah selama ini yang “menjadi anak baik” di kawasan, sehingga yang dikedepankan soft diplomacy terus. Salah satu karya besar dari soft diplomacy Indonesia adalah kasus Sipadan dan Ligitan. Cuma dalam kasus itu tak ada pihak yang mau bertanggungjawab di negeri ini. Seandainya dalam kasus itu Indonesia menang, semua pihak pasti berebut jadi pahlawan kesiangan.
Singkatnya, MOOTW atau OMSP sebenarnya bukan hal baru bagi Angkatan Laut di seluruh dunia, termasuk AL kita. Itu cuma istilah baru saja yang bila diterjemahkan ke dalam peran Angkatan Laut berarti menyangkut peran konstabulari dan peran diplomasi.
Kalau dibuat statistik, dalam MOOTW AL kita lebih tinggi intensitasnya dibandingkan matra lain di negeri ini. Sebagai perbandingan, matra lain melaksanakan MOOTW cuma sewaktu-waktu saja, misalnya ada bencana alam di daerah tertentu, pengamanan KTT atau sejenisnya dan lain sebagainya yang bersifat ad-hoc. Sementara MOOTW AL dilaksanakan setiap hari.
Bukankah peran terbesar yang dilaksanakan adalah peran konstabulari? Namun ke depan ada baiknya bila peran konstabulari dicoba diimbangkan dengan dua peran lainnya. Kurang bagus kalau perannya terlalu berat ke konstabulari, sehingga dua peran lain proporsinya tidak besar.
Sebagai unsur pengawak senjata, sudah sepantasnya bila satuan-satuan di Armada senantiasa diasah keterampilannya dalam soal naval warfare. Kita tidak tahu kapan akan muncul konflik. Yang pasti konflik di masa kini munculnya tiba-tiba dan seringkali tidak mengikuti tahapan eskalasi konflik seperti yang diajarkan di Seskoal. Dengan kata lain, eskalasi konflik tidak selalu mengikuti text-book.
Munculnya istilah MOOTW di Amerika Serikat yang di Indonesia oleh rekan saya di Departemen Pertahanan diubah menjadi OMSP kadangkala membingungkan bagi kita yang ada di AL. Membingungkan sebab istilah MOOTW bisa disalahpahami bila kita tak memahami betul peran Angkatan Laut yang terdiri dari tiga peran. Setiap peran tersebut dapat dirinci lebih lanjut ke dalam bentuk-bentuk operasi di laut.
Sepengetahuan saya, istilah MOOTW alias OMSP mulai gencar dimasyarakatkan oleh Departemen Pertahanan ketika diterbitkan Buku Putih Pertahanan 2003. Istilah itu disosialisasikan ke publik biar TNI tidak dikurung di barak seperti kehendak LSM dan hanya keluar ketika ada ancaman militer. Memang situasi saat Buku Putih Pertahanan 2003 disusun sedang gencar-gencarnya tidak in favor of TNI, khususnya pada matra tertentu yang di masa lalu sangat dominan.
Sebenarnya, secara praktek MOOTW atau OMSP sudah sejak dahulu dilaksanakan oleh AL kita. Sebab peran konstabulari dan peran diplomasi pada dasarnya termasuk dalam MOOTW. Sedangkan peran militer berdiri sendiri karena itu sudah pasti war. Singkatnya, hendaknya kita tidak terkecoh dengan MOOTW atau OMSP, seolah-olah itu hal baru bagi AL.
Kalau kita tinjau dari perspektif sejarah, sepanjang usia AL kita dari 1945 hingga saat ini, seberapa banyak melaksanakan peran militer? Peran militer yang dilaksanakan masih belum sebanyak peran konstabulari. Menyangkut peran diplomasi, juga tidak banyak.
Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah selama ini yang “menjadi anak baik” di kawasan, sehingga yang dikedepankan soft diplomacy terus. Salah satu karya besar dari soft diplomacy Indonesia adalah kasus Sipadan dan Ligitan. Cuma dalam kasus itu tak ada pihak yang mau bertanggungjawab di negeri ini. Seandainya dalam kasus itu Indonesia menang, semua pihak pasti berebut jadi pahlawan kesiangan.
Singkatnya, MOOTW atau OMSP sebenarnya bukan hal baru bagi Angkatan Laut di seluruh dunia, termasuk AL kita. Itu cuma istilah baru saja yang bila diterjemahkan ke dalam peran Angkatan Laut berarti menyangkut peran konstabulari dan peran diplomasi.
Kalau dibuat statistik, dalam MOOTW AL kita lebih tinggi intensitasnya dibandingkan matra lain di negeri ini. Sebagai perbandingan, matra lain melaksanakan MOOTW cuma sewaktu-waktu saja, misalnya ada bencana alam di daerah tertentu, pengamanan KTT atau sejenisnya dan lain sebagainya yang bersifat ad-hoc. Sementara MOOTW AL dilaksanakan setiap hari.
Bukankah peran terbesar yang dilaksanakan adalah peran konstabulari? Namun ke depan ada baiknya bila peran konstabulari dicoba diimbangkan dengan dua peran lainnya. Kurang bagus kalau perannya terlalu berat ke konstabulari, sehingga dua peran lain proporsinya tidak besar.
Sebagai unsur pengawak senjata, sudah sepantasnya bila satuan-satuan di Armada senantiasa diasah keterampilannya dalam soal naval warfare. Kita tidak tahu kapan akan muncul konflik. Yang pasti konflik di masa kini munculnya tiba-tiba dan seringkali tidak mengikuti tahapan eskalasi konflik seperti yang diajarkan di Seskoal. Dengan kata lain, eskalasi konflik tidak selalu mengikuti text-book.
5 komentar:
pemikiran dan saran yang bagus, lebih bagus lagi kalau disalurkan lewat jalur yang tepat atau kalau tidak lewat jalur pun, sampaikan aja ke temannya di Dephan yang dibilang itu...
ngeblog itu termasuk MOOTW ya, dilaksanakan setiap hari ?
perwirane ngeblog krn kecewa & putus asa, anak buah malak di laut...yo ngene ngene ae...
Kecewa dan putus asa? Siapa yang kecewa dan putus asa? Berbagi pemikiran bukanlah bentuk kekecewaan dan keputus-asaan. Untuk menuju sebuah perubahan yang lebih baik, tidak dapat dilaksanakan sendirian. Mesti ada kesamaan persepsi dan pandangan. KALAU ANDA TIDAK BERKENAN DENGAN BLOG INI, MOHON TIDAK USAH BERKUNJUNG. Masih banyak kok rekan-rekan sebangsa yang mendapat pemahaman, pencerahan lebih dalam soal AL dari blog ini. Sebab AL itu milik bangsa ini, bukan milik individu-individu di AL.
saya akui pemikiran anda mantap dengan segala referensinya...kalau disalurkan lewat situs resmi TNI AL atau TNI atau Dephan atau majalah cakrawala, saya yakin akan lebih baik tapi kenapa tidak dilakukan ? takut ? atau tulisan tidak diterima terus kecewa dan putus asa ?
Paling gampang memang bikin blog,lebih enak mencaci kebijakan pemerintah, lebih gampang mendiskreditkan yang lain, lebih bebas karena tidak perlu mencantumkan nama atau mungkin berpikir, palingan yang decision maker gak akan baca blog ini....???
Hmmmmm....kalau yg pamen AL aja pikiran picik seperti itu, TNI AL ya ngene-ngene ae...
Terima kasih atas komentar anda. I just want to say that what I've done on my ideas are beyond your expectation, Sir. And I don't think everybody in the Navy should know what I've done.
Case closed!!!
Bung Allhanduls maju terus dgn tulisan2an anda.Ada pihak yg tidak suka dgn tulisan kita itu sudah biasa,tp yakin lbh byk yg tercerahkan melalui blog ini.Pemikiran ttg pertahanan negara sdh sepatutnya jadi perhatian kita bersama, baik militer maupun sipil.Kalau hanya beredar di kalangan terbatas yg msh berpikiran sempit maka selamanya Indonesia akan ngene ngene ae..
Salam dr China
Viva Indonesia
Posting Komentar