All hands,
Ditinjau dari aspek tempat atau place, major naval operation dapat dilaksanakan di laut terbuka, perairan tertutup atau semi tertutup atau di littoral. Di masa lalu, major naval operation lebih banyak terjadi di laut terbuka seperti Coral Sea, Midway dan Filipina. Di masa kini dan masa depan yang mana major naval operation digelar pada era damai, lebih banyak dilaksanakan di perairan tertutup, semi tertutup atau di littoral. Tidak aneh bila fokus operasi Angkatan Laut pasca Perang Dingin beralih dari laut terbuka ke wilayah littoral, dari what we can do at sea menjadi what we can do from the sea.
Contoh yang paling bagus dari major naval operation masa kini adalah operasi Angkatan Laut multinasional di wilayah Laut Arab, Laut Merah, Teluk Aden dan sekitarnya. Di sana ada CTF 150 (baca: one five zero) dan CTF 151 (baca: one five one).
Dalam major naval operation, salah satu perhatian harus diberikan kepada kodal. Kodal harus menyusun rencana operasi dengan mempertimbangkan segala aspek di mandala operasi, seperti politik, ekonomi, militer, informasional, sosiologi dan lain sebagainya. Apabila apabila operasi itu bersifat combined ops, pemegang kodal alias Combined Force Maritime Component Commanders/CFMCC harus mampu merangkai unsur-unsur Angkatan Laut dari negara-negara yang berbeda.
Setiap Angkatan Laut yang melaksanakan major naval operation biasanya akan membagi kekuatannya dalam dua bagian, yaitu main forces dan supporting forces. Main forces tugas utamanya menghancurkan atau menetralisasi kekuatan musuh (bila dilaksanakan pada masa perang).
Sedangkan pada masa damai tugas tugas dari main forces adalah sesuai dengan mandat yang diberikan, menjamin keamanan maritim, mencegah penggunaan laut oleh kelompok teroris atau pembajak, mencegah proliferasi barang-barang contraband dan lain sebagainya.
Adapun tugas dari supporting forces adalah mendukung main forces, yang bentuknya cukup luas. Bisa dengan memberikan dukungan logistik, melakukan deception, mengikat kekuatan lawan dan lain sebagainya. Operasi yang dilaksanakan oleh main forces maupun supporting forces dimaksudkan untuk mencapai operational objective yang telah ditetapkan.
Ketika menyinggung tentang unsur-unsur yang terlibat, salah satu pertanyaan adalah berapa banyak unsur kapal perang, pesawat udara (AL dan AU) dan mungkin Marinir yang dibutuhkan untuk melaksanakan major naval operation. Untuk menjawab pertanyaan itu, selain harus memperhatikan kekuatan lawan (baik aktor negara maupun non negara), tidak luput pula dengan mandala operasi. Seberapa luas mandala operasi yang ditetapkan oleh komando atas? Apakah mandala operasinya merupakan lautan terbuka, semi terbuka atau tertutup?
Dengan kata lain, teori coverage area berlaku di sini. Dengan catatan bahwa dasar dari coverage area bukan saja pada perhitungan luasan jangkauan efektif radar pada kapal permukaan, tetapi hendaknya juga memasukkan kemampuan jangkauan dan endurance pesawat udara. Bukankah pesawat udara merupakan mata dan telinga dari kapal perang, bahkan mempunyai potensi pula untuk menjadi kepanjangan tangan sebagai pemukul?
Mengambil contoh kasus penggelaran kekuatan di Laut Sulawesi, sudahkah pernah di-oyu-kan berapa kebutuhan unsur kapal atas air dan pesawat udara bila kita harus menggelar major naval operation di sana? Sekali lagi ditekankan bahwa major naval operation di sini sesuai dengan definisinya yaitu bersifat jointness. Apakah Renkon sudah memperhitungkan dengan cermat soal berapa unsur yang dibutuhkan? Sebab kadangkala Renkon dipersiapkan tidak dengan matang.
Ditinjau dari aspek tempat atau place, major naval operation dapat dilaksanakan di laut terbuka, perairan tertutup atau semi tertutup atau di littoral. Di masa lalu, major naval operation lebih banyak terjadi di laut terbuka seperti Coral Sea, Midway dan Filipina. Di masa kini dan masa depan yang mana major naval operation digelar pada era damai, lebih banyak dilaksanakan di perairan tertutup, semi tertutup atau di littoral. Tidak aneh bila fokus operasi Angkatan Laut pasca Perang Dingin beralih dari laut terbuka ke wilayah littoral, dari what we can do at sea menjadi what we can do from the sea.
Contoh yang paling bagus dari major naval operation masa kini adalah operasi Angkatan Laut multinasional di wilayah Laut Arab, Laut Merah, Teluk Aden dan sekitarnya. Di sana ada CTF 150 (baca: one five zero) dan CTF 151 (baca: one five one).
Dalam major naval operation, salah satu perhatian harus diberikan kepada kodal. Kodal harus menyusun rencana operasi dengan mempertimbangkan segala aspek di mandala operasi, seperti politik, ekonomi, militer, informasional, sosiologi dan lain sebagainya. Apabila apabila operasi itu bersifat combined ops, pemegang kodal alias Combined Force Maritime Component Commanders/CFMCC harus mampu merangkai unsur-unsur Angkatan Laut dari negara-negara yang berbeda.
Setiap Angkatan Laut yang melaksanakan major naval operation biasanya akan membagi kekuatannya dalam dua bagian, yaitu main forces dan supporting forces. Main forces tugas utamanya menghancurkan atau menetralisasi kekuatan musuh (bila dilaksanakan pada masa perang).
Sedangkan pada masa damai tugas tugas dari main forces adalah sesuai dengan mandat yang diberikan, menjamin keamanan maritim, mencegah penggunaan laut oleh kelompok teroris atau pembajak, mencegah proliferasi barang-barang contraband dan lain sebagainya.
Adapun tugas dari supporting forces adalah mendukung main forces, yang bentuknya cukup luas. Bisa dengan memberikan dukungan logistik, melakukan deception, mengikat kekuatan lawan dan lain sebagainya. Operasi yang dilaksanakan oleh main forces maupun supporting forces dimaksudkan untuk mencapai operational objective yang telah ditetapkan.
Ketika menyinggung tentang unsur-unsur yang terlibat, salah satu pertanyaan adalah berapa banyak unsur kapal perang, pesawat udara (AL dan AU) dan mungkin Marinir yang dibutuhkan untuk melaksanakan major naval operation. Untuk menjawab pertanyaan itu, selain harus memperhatikan kekuatan lawan (baik aktor negara maupun non negara), tidak luput pula dengan mandala operasi. Seberapa luas mandala operasi yang ditetapkan oleh komando atas? Apakah mandala operasinya merupakan lautan terbuka, semi terbuka atau tertutup?
Dengan kata lain, teori coverage area berlaku di sini. Dengan catatan bahwa dasar dari coverage area bukan saja pada perhitungan luasan jangkauan efektif radar pada kapal permukaan, tetapi hendaknya juga memasukkan kemampuan jangkauan dan endurance pesawat udara. Bukankah pesawat udara merupakan mata dan telinga dari kapal perang, bahkan mempunyai potensi pula untuk menjadi kepanjangan tangan sebagai pemukul?
Mengambil contoh kasus penggelaran kekuatan di Laut Sulawesi, sudahkah pernah di-oyu-kan berapa kebutuhan unsur kapal atas air dan pesawat udara bila kita harus menggelar major naval operation di sana? Sekali lagi ditekankan bahwa major naval operation di sini sesuai dengan definisinya yaitu bersifat jointness. Apakah Renkon sudah memperhitungkan dengan cermat soal berapa unsur yang dibutuhkan? Sebab kadangkala Renkon dipersiapkan tidak dengan matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar