All hands,
Salah satu kepentingan nasional Indonesia di bidang keamanan nasional adalah mempromosikan keamanan kawasan. Tujuan yang hendaknya dicapai adalah kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik yang stabil dan damai, sehingga dapat berkontribusi terhadap kemakmuran bersama. Untuk mempromosikan keamanan kawasan, kebijakan pemerintah Indonesia tidak cukup hanya dengan melakukan pendekatan soft power seperti kegiatan rutin tahunan ASEAN. Saking rutinnya, rasanya sudah bosan mempelajari beragam deklarasi dan pernyataan ASEAN yang isinya “begitu-begitu saja”.
Indonesia perlu memberdayakan Angkatan Lautnya untuk mempromosikan keamanan kawasan yang sesuai dengan kepentingan nasional negeri Nusantara. Bagaimana bentuknya? Tidak cukup dengan patroli terkoordinasi seperti yang sejak 20 Juli 2004 digelar di Selat Malaka. Sebab kepentingan nasional negeri Nusantara bukan saja soal Selat Malaka, masih ada tiga ALKI yang juga menyangkut hidup matinya republik ini.
Pemerintah harus memberikan ruang yang lebih luas bagi Angkatan Laut untuk aktif dalam diplomasi internasional. Artinya dibutuhkan sinkronisasi kebijakan antara kebijakan pertahanan dengan kebijakan luar negeri. Selama kebijakan luar negeri masih “begitu-begitu saja”, konservatif, sudah puas dengan apa yang dicapai saat ini, negeri ini tidak akan dianggap di kawasan. Percuma menggelar konferensi ini itu soal soft power, tetapi giliran harus mempromosikan keamanan kawasan masih juga pendekatan parsial dan terkesan alergi ketika harus melibatkan militer. Keamanan kawasan bukan saja tanggungjawab Angkatan Laut, namun tidak dapat pula didominasi oleh aktor tertentu yang merasa paham tetapi sebenarnya tidak memiliki instrumen di lapangan untuk menegakkannya.
Kata kuncinya adalah dibutuhkan ketulusan untuk memberikan ruang kepada Angkatan Laut untuk lebih berperan. Selama ini meskipun AL kita sudah terlibat dalam mempromosikan keamanan kawasan, namun seringkali berada dalam bingkai inisiatif pihak lain. Sebagai contoh, AL kita berpartisipasi dalam CARAT, SEACAT maupun COBRA GOLD. Kegiatan-kegiatan itu dirancang oleh orang lain, bukan oleh Indonesia.
Diperlukan inisiatif dari AL kita untuk membuat aktivitas-aktivitas yang terkait dengan promosi keamanan kawasan versi Indonesia. Inisiatif itu merupakan sebuah keniscayaan selama pemerintah memberikan ruang kepada AL. Sebab AL adalah salah satu subsistem dalam sistem nasional negeri ini.
Aktivitas-aktivitas yang terkait promosi keamanan kawasan dari perspektif AL sebenarnya banyak. Namun saya tak akan ungkap di sini daftar-daftarnya. Yang pasti, semua inisiatif tersebut realistis untuk dilaksanakan dan bukan sesuatu yang muluk-muluk. Penting untuk dicamkan bahwa stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara salah satunya terletak pada pundak AL negeri ini. Tidak ada matra lain di negeri Nusantara yang di pundaknya terletak tanggungjawab terhadap stabilitas keamanan kawasan kecuali AL.
Salah satu kepentingan nasional Indonesia di bidang keamanan nasional adalah mempromosikan keamanan kawasan. Tujuan yang hendaknya dicapai adalah kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik yang stabil dan damai, sehingga dapat berkontribusi terhadap kemakmuran bersama. Untuk mempromosikan keamanan kawasan, kebijakan pemerintah Indonesia tidak cukup hanya dengan melakukan pendekatan soft power seperti kegiatan rutin tahunan ASEAN. Saking rutinnya, rasanya sudah bosan mempelajari beragam deklarasi dan pernyataan ASEAN yang isinya “begitu-begitu saja”.
Indonesia perlu memberdayakan Angkatan Lautnya untuk mempromosikan keamanan kawasan yang sesuai dengan kepentingan nasional negeri Nusantara. Bagaimana bentuknya? Tidak cukup dengan patroli terkoordinasi seperti yang sejak 20 Juli 2004 digelar di Selat Malaka. Sebab kepentingan nasional negeri Nusantara bukan saja soal Selat Malaka, masih ada tiga ALKI yang juga menyangkut hidup matinya republik ini.
Pemerintah harus memberikan ruang yang lebih luas bagi Angkatan Laut untuk aktif dalam diplomasi internasional. Artinya dibutuhkan sinkronisasi kebijakan antara kebijakan pertahanan dengan kebijakan luar negeri. Selama kebijakan luar negeri masih “begitu-begitu saja”, konservatif, sudah puas dengan apa yang dicapai saat ini, negeri ini tidak akan dianggap di kawasan. Percuma menggelar konferensi ini itu soal soft power, tetapi giliran harus mempromosikan keamanan kawasan masih juga pendekatan parsial dan terkesan alergi ketika harus melibatkan militer. Keamanan kawasan bukan saja tanggungjawab Angkatan Laut, namun tidak dapat pula didominasi oleh aktor tertentu yang merasa paham tetapi sebenarnya tidak memiliki instrumen di lapangan untuk menegakkannya.
Kata kuncinya adalah dibutuhkan ketulusan untuk memberikan ruang kepada Angkatan Laut untuk lebih berperan. Selama ini meskipun AL kita sudah terlibat dalam mempromosikan keamanan kawasan, namun seringkali berada dalam bingkai inisiatif pihak lain. Sebagai contoh, AL kita berpartisipasi dalam CARAT, SEACAT maupun COBRA GOLD. Kegiatan-kegiatan itu dirancang oleh orang lain, bukan oleh Indonesia.
Diperlukan inisiatif dari AL kita untuk membuat aktivitas-aktivitas yang terkait dengan promosi keamanan kawasan versi Indonesia. Inisiatif itu merupakan sebuah keniscayaan selama pemerintah memberikan ruang kepada AL. Sebab AL adalah salah satu subsistem dalam sistem nasional negeri ini.
Aktivitas-aktivitas yang terkait promosi keamanan kawasan dari perspektif AL sebenarnya banyak. Namun saya tak akan ungkap di sini daftar-daftarnya. Yang pasti, semua inisiatif tersebut realistis untuk dilaksanakan dan bukan sesuatu yang muluk-muluk. Penting untuk dicamkan bahwa stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara salah satunya terletak pada pundak AL negeri ini. Tidak ada matra lain di negeri Nusantara yang di pundaknya terletak tanggungjawab terhadap stabilitas keamanan kawasan kecuali AL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar