All hands,
Bagi suatu kekuatan militer, termasuk Angkatan Laut, tidak mudah untuk fokus terhadap ancaman dan tantangan yang muncul dalam suatu masa. Fokus terhadap hal tersebut bukan saja pada struktur kekuatan yang dibangun agar mampu menghadapinya, tetapi mengenali pula secara lengkap karakter pihak yang dikategorikan sebagai ancaman dan tantangan tersebut. Dengan kata lain, karakter dan tindak tanduk calon lawan dicermati dengan benar.
Sebagai contoh adalah U.S. Navy yang memandang bahwa kekuatan laut Cina akan menjadi calon lawannya di masa depan. Persepsi demikian kemudian muncul dalam aspek-aspek terkait, baik operasi, intelijen, logistik maupun pendidikan dan pengkajian. Kalau mencermati kurikulum di lembaga pendidikan U.S. Navy, khususnya untuk perwira, sebagian dari kurikulum itu dirancang untuk mengenali karakter dan tindak tanduk Cina. Begitu pula dengan hasil-hasil pengkajian di U.S. Navy, termasuk seminar-seminar, sebagian fokusnya diarahkan ke kekuatan laut Cina, meliputi aspek operasi, intelijen, logistik maupun personel.
Kegiatan operasi dan intelijen pun demikian. Berlalu lalangnya kapal perang dan kapal Angkatan Laut Amerika Serikat di perairan ZEE Cina membuktikan kebenaran akan fokus itu. Apabila kita berangkat dari pemahaman demikian, tentu saja bukan suatu hal yang aneh alias janggal dengan insiden seperti USNS Impeccable (T-AGOS 23) atau tabrakan antara pesawat intai EP-3 Aries dengan pesawat tempur Cina.
Indonesia secara resmi belum pernah mendeklarasikan siapa lawannya dan atau calon lawannya. Namun melihat perkembangan kontemporer di Laut Sulawesi, tidak sedikit pihak di negeri ini berpendapat bahwa Malaysia lebih besar probabilitasnya menjadi calon lawan Indonesia suatu ketika dibandingkan dengan Singapura atau Australia misalnya. Selanjutnya muncul pertanyaan, sudah seberapa dalam pengetahuan kita mengenai Negeri Tukang Klaim itu, khususnya kekuatanya lautnya?
Sudahkah fokus militer negeri ini diarahkan ke sana, dalam segala aspek baik operasi, intelijen, logistik dan lain sebagainya? Pahamkah kita dengan doktrin operasi militer Negeri Tukang Klaim? Mengertikah kita dengan karakter dan kehidupan dalam organisasi militer mereka?
Masih banyak pertanyaan serupa yang relevan untuk diajukan. Semua itu pada dasarnya konsekuensi bila kita menilai bahwa suatu negara atau aktor merupakan calon lawan kita di masa depan.
Bagi suatu kekuatan militer, termasuk Angkatan Laut, tidak mudah untuk fokus terhadap ancaman dan tantangan yang muncul dalam suatu masa. Fokus terhadap hal tersebut bukan saja pada struktur kekuatan yang dibangun agar mampu menghadapinya, tetapi mengenali pula secara lengkap karakter pihak yang dikategorikan sebagai ancaman dan tantangan tersebut. Dengan kata lain, karakter dan tindak tanduk calon lawan dicermati dengan benar.
Sebagai contoh adalah U.S. Navy yang memandang bahwa kekuatan laut Cina akan menjadi calon lawannya di masa depan. Persepsi demikian kemudian muncul dalam aspek-aspek terkait, baik operasi, intelijen, logistik maupun pendidikan dan pengkajian. Kalau mencermati kurikulum di lembaga pendidikan U.S. Navy, khususnya untuk perwira, sebagian dari kurikulum itu dirancang untuk mengenali karakter dan tindak tanduk Cina. Begitu pula dengan hasil-hasil pengkajian di U.S. Navy, termasuk seminar-seminar, sebagian fokusnya diarahkan ke kekuatan laut Cina, meliputi aspek operasi, intelijen, logistik maupun personel.
Kegiatan operasi dan intelijen pun demikian. Berlalu lalangnya kapal perang dan kapal Angkatan Laut Amerika Serikat di perairan ZEE Cina membuktikan kebenaran akan fokus itu. Apabila kita berangkat dari pemahaman demikian, tentu saja bukan suatu hal yang aneh alias janggal dengan insiden seperti USNS Impeccable (T-AGOS 23) atau tabrakan antara pesawat intai EP-3 Aries dengan pesawat tempur Cina.
Indonesia secara resmi belum pernah mendeklarasikan siapa lawannya dan atau calon lawannya. Namun melihat perkembangan kontemporer di Laut Sulawesi, tidak sedikit pihak di negeri ini berpendapat bahwa Malaysia lebih besar probabilitasnya menjadi calon lawan Indonesia suatu ketika dibandingkan dengan Singapura atau Australia misalnya. Selanjutnya muncul pertanyaan, sudah seberapa dalam pengetahuan kita mengenai Negeri Tukang Klaim itu, khususnya kekuatanya lautnya?
Sudahkah fokus militer negeri ini diarahkan ke sana, dalam segala aspek baik operasi, intelijen, logistik dan lain sebagainya? Pahamkah kita dengan doktrin operasi militer Negeri Tukang Klaim? Mengertikah kita dengan karakter dan kehidupan dalam organisasi militer mereka?
Masih banyak pertanyaan serupa yang relevan untuk diajukan. Semua itu pada dasarnya konsekuensi bila kita menilai bahwa suatu negara atau aktor merupakan calon lawan kita di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar