12 Agustus 2010

Menimbang Nasib Laporan Kekuatan Militer Cina

All hands,
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, hingga kini laporan tahunan Pentagon kepada Kongres tentang kekuatan militer Cina edisi 2010 belum juga muncul ke publik. Kondisi ini berbeda dengan sebelumnya, di mana pada tiap Mei laporan itu diserahkan kepada Kongres dan sekaligus diterbitkan secara terbuka kepada masyarakat luas. Bisa jadi untuk tahun ini laporan itu mengalami penundaan publikasi, namun harus tetap terbit tahun ini juga sebab hal tersebut merupakan amanat Kongres kepada eksekutif.
Pertanyaannya, mengapa tertunda? Terdapat beberapa jawaban yang bisa direka untuk itu. Namun hal yang paling mungkin adalah kehati-hatian pemerintahan Obama. Pemerintahan Obama dipastikan sangat hirau dengan pembangunan kekuatan militer Cina, terlebih lagi dalam dua tahun terakhir tindakan Beijing di perairan internasional di sekitar wilayahnya lebih asertif dibandingkan sebelumnya.
Antara Washington dan Beijing ada pula saling ketergantungan dalam bidang ekonomi, walaupun dalam bidang politik dan keamanan hubungan keduanya cenderung antagonistik. Keterkaitan ekonomi yaitu selain banyaknya obligasi resmi pemerintah Amerika Serikat yang dibeli oleh Cina, juga pasar Amerika Serikat sebagai salah satu penghasil pundi-pundi bagi Cina. Kalau pasar di Amerika Serikat mengalami gejolak, ekonomi Cina akan terkena dampaknya, sementara cukup sulit bagi Beijing untuk hanya bertumpu pada pasar domestik saja.
Lepas dari semua itu, sebaiknya kita tunggu saja kapan laporan tahunan itu terbit dan bagaimana isinya dibandingkan dengan edisi 2009. Sebab dalam satu tahun terakhir, banyak dinamika keamanan yang mempengaruhi hubungan kedua negara.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ketika ini unsur perisikan US dan tenaga ketenteraannya dikerah ke medan konflik di Iraq dan Afghanistan.

Begitu juga kehangatan konflik dirasai di Semenanjung Korea. Iran juga dalam pengawasan US yang serius.

Medan baru yang diceburi US seperti Georgia, Pakistan, Filipina, Taiwan dan medan konflik lain yang tidak diketahui umum cukup untuk menjadikan US kekurangan sumber bagi melaksanakan kerja2 analisis ketenteraan semasa di China.

Keinginan US untuk campur tangan dalam isu Laut China Selatan (khususnya isu Kepulauan Spratly)seolah-olah cubaan untuk membuka satu lagi medan baru penglibatan dan kehadiran US secara langsung. Walau bagaimanapun, faktor kekurangan sumber tidak menjadi halangan dalam hal ini.Sejumlah tentera dan kekuatan US sudah ada di Singapura, Jepun, Taiwan dan Filipina. Anggota tentera US di negara2 ini pasti gembira jika mendapat tugasan baru selain melaksanakan latihan dan kerja rutin di dalam pangkalan.