All hands,
Pemahaman terhadap pentingnya eksistensi Angkatan Laut tidak dapat muncul begitu saja tanpa pemahaman terhadap geopolitik. Dalam hal ini geopolitik negara di mana Angkatan Laut itu berada. Strategi dan doktrin Angkatan Laut atau maritim pun mempunyai keterkaitan dengan geopolitik.
Banyak pihak di luar negeri yang sangat paham akan pentingnya posisi geopolitik Indonesia yang mempunyai beberapa SLOC dan chokepoints. Namun kalau hal itu kita tarik ke dalam negeri, kita sebagai bangsa belum mempunyai pemahaman yang sama soal gepolitik kita. Hanya generasi lalu dari bangsa Indonesia yang paham akan arti strategis geopolitik Indonesia dan kemudian mereka implementasikan ke alam nyata.
Contohnya adalah Deklarasi Djuanda, begitu juga kebijakan Presiden Soekarno perkuat AL kita. Semua itu muncul dari pemahaman geopolitik. Karena paham akan geopoliti, para pendahulu kita mempunyai aspirasi untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama di kawasan Asia Pasifik. Tidak aneh bila di masa lalu AL dan AU kita merupakan salah satu yang terkuat di kawasan ini.
Semenjak era Orde Baru, pemahaman geopolitik lebih bersifat indoktrinatif. Yah Wawasan Nusantara itu, yang ditanamkan kepada kita lewat Penataran P-4 45 jam, 100 jam dan entah berapa jam lagi. Tapi hasilnya di alam nyata nggak ada tuh.
Hasil pemahaman geopolitik tidak cukup hanya yang intangible, tapi juga harus tangible. Sebagai contoh, setelah prinsip negara kepulauan diterima dalam UNCLOS 1982, kemajuan dan keuntungan apa yang diterima oleh Indonesia? Wilayah laut kita memang tambah luas, tapi nggak diikuti dengan pembangunan kekuatan laut untuk imbangi perluasan itu. Hasilnya, justru di laut kita rugi.
Sebagai penganjur dan penyokong imperatifnya pembangunan kekuatan laut apabila Indonesia ingin diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik, saya harus jujur mengatakan bahwa selama pemahaman terhadap geopolitik Indonesia masih begini-begini saja, sulit untuk mengharapkan dukungan dari komponen bangsa Indonesia untuk bangun kekuatan laut kita. Angkatan Laut adalah milik bangsa, sehingga besar kecilnya, jaya tidaknya Angkatan Laut ditentukan oleh bangsa Indonesia.
Sampai kapan pemahaman geopolitik itu akan berubah? Sampai kapan bangsa Indonesia, khususnya yang mempunyai kapasitas untuk pengambilan keputusan, berhenti beretorika tentang pentingnya eksistensi Angkatan Laut yang kuat? Saat ini kita nggak butuh retorika dari para pengambil keputusan di negeri ini. Yang dibutuhkan aksi nyata, implementasi.
Pemahaman terhadap pentingnya eksistensi Angkatan Laut tidak dapat muncul begitu saja tanpa pemahaman terhadap geopolitik. Dalam hal ini geopolitik negara di mana Angkatan Laut itu berada. Strategi dan doktrin Angkatan Laut atau maritim pun mempunyai keterkaitan dengan geopolitik.
Banyak pihak di luar negeri yang sangat paham akan pentingnya posisi geopolitik Indonesia yang mempunyai beberapa SLOC dan chokepoints. Namun kalau hal itu kita tarik ke dalam negeri, kita sebagai bangsa belum mempunyai pemahaman yang sama soal gepolitik kita. Hanya generasi lalu dari bangsa Indonesia yang paham akan arti strategis geopolitik Indonesia dan kemudian mereka implementasikan ke alam nyata.
Contohnya adalah Deklarasi Djuanda, begitu juga kebijakan Presiden Soekarno perkuat AL kita. Semua itu muncul dari pemahaman geopolitik. Karena paham akan geopoliti, para pendahulu kita mempunyai aspirasi untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama di kawasan Asia Pasifik. Tidak aneh bila di masa lalu AL dan AU kita merupakan salah satu yang terkuat di kawasan ini.
Semenjak era Orde Baru, pemahaman geopolitik lebih bersifat indoktrinatif. Yah Wawasan Nusantara itu, yang ditanamkan kepada kita lewat Penataran P-4 45 jam, 100 jam dan entah berapa jam lagi. Tapi hasilnya di alam nyata nggak ada tuh.
Hasil pemahaman geopolitik tidak cukup hanya yang intangible, tapi juga harus tangible. Sebagai contoh, setelah prinsip negara kepulauan diterima dalam UNCLOS 1982, kemajuan dan keuntungan apa yang diterima oleh Indonesia? Wilayah laut kita memang tambah luas, tapi nggak diikuti dengan pembangunan kekuatan laut untuk imbangi perluasan itu. Hasilnya, justru di laut kita rugi.
Sebagai penganjur dan penyokong imperatifnya pembangunan kekuatan laut apabila Indonesia ingin diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik, saya harus jujur mengatakan bahwa selama pemahaman terhadap geopolitik Indonesia masih begini-begini saja, sulit untuk mengharapkan dukungan dari komponen bangsa Indonesia untuk bangun kekuatan laut kita. Angkatan Laut adalah milik bangsa, sehingga besar kecilnya, jaya tidaknya Angkatan Laut ditentukan oleh bangsa Indonesia.
Sampai kapan pemahaman geopolitik itu akan berubah? Sampai kapan bangsa Indonesia, khususnya yang mempunyai kapasitas untuk pengambilan keputusan, berhenti beretorika tentang pentingnya eksistensi Angkatan Laut yang kuat? Saat ini kita nggak butuh retorika dari para pengambil keputusan di negeri ini. Yang dibutuhkan aksi nyata, implementasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar