All hands,
Sudah menjadi rahasia umum bahwa PLA Navy alias Angkatan Laut Cina berambisi untuk menjadi blue water navy. Hal itu semakin diperkuat dengan pernyataan seorang pejabat Cina bahwa dalam beberapa tahun mendatang, negeri itu akan mempunyai 4-6 kapal induk. Menurut sang sumber, tahunnnya sekitar 2010. Namun para analis baru memperkirakan itu baru akan terwujud dalam 2015-2020.
Adanya kapal induk dalam armada Angkatan Laut menandakan bahwa negara itu siap melakukan proyeksi kekuatan. Proyeksi kekuatan senantiasa dilakukan di luar negeri. Ini yang selama ini salah dipahami oleh sebagian rekan-rekan di AL kita, di mana proyeksi kekuatan dipahami dilakukan di dalam negeri. Mungkin karena skenario latihan kita selama ini begitu, kekuatan AL dan Marinir diproyeksikan ke wilayah kita sendiri.
Kemampuan Cina untuk proyeksikan kekuatan dalam 6-7 tahun ke depan harus kita antisipasi. Sebab tingkah lakunya akan beda dengan saat ini. Kalau sekarang dia low profile, sopan...bisa jadi nanti dia akan seperti om Sam. Main injak kaki orang.
Proyeksi kekuatan laut Cina nantinya, dengan kapal induknya, sudah pasti bertujuan untuk amankan String of Pearls atau First and Second Island Chain. Apa sih itu? Itu perimeter pertahanan maritim Cina. Dia bentuk perimeter itu antara lain untuk amankan pasokan minyak dia yang 80 persen lewat Selat Malaka.
Dari situ nggak bisa dibantah bahwa posisi Indonesia sangat strategis bagi Cina. Pertanyaannnya, apa yang bisa kita lakukan? Apakah posisi strategis ini kita jadikan kartu truf terhadap Cina atau jadi kartu mati? Kalau kita jadikan kartu truf, kita bisa jadikan itu sebagai bargaining dalam berbagai aspek, termasuk militer. Jangan sampai dengan kapal induknya, Cina main injak kaki kita seperti yang dilakukan om Sam sekarang, seolah-olah kita nggak punya bargaining power di hadapan dia.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa PLA Navy alias Angkatan Laut Cina berambisi untuk menjadi blue water navy. Hal itu semakin diperkuat dengan pernyataan seorang pejabat Cina bahwa dalam beberapa tahun mendatang, negeri itu akan mempunyai 4-6 kapal induk. Menurut sang sumber, tahunnnya sekitar 2010. Namun para analis baru memperkirakan itu baru akan terwujud dalam 2015-2020.
Adanya kapal induk dalam armada Angkatan Laut menandakan bahwa negara itu siap melakukan proyeksi kekuatan. Proyeksi kekuatan senantiasa dilakukan di luar negeri. Ini yang selama ini salah dipahami oleh sebagian rekan-rekan di AL kita, di mana proyeksi kekuatan dipahami dilakukan di dalam negeri. Mungkin karena skenario latihan kita selama ini begitu, kekuatan AL dan Marinir diproyeksikan ke wilayah kita sendiri.
Kemampuan Cina untuk proyeksikan kekuatan dalam 6-7 tahun ke depan harus kita antisipasi. Sebab tingkah lakunya akan beda dengan saat ini. Kalau sekarang dia low profile, sopan...bisa jadi nanti dia akan seperti om Sam. Main injak kaki orang.
Proyeksi kekuatan laut Cina nantinya, dengan kapal induknya, sudah pasti bertujuan untuk amankan String of Pearls atau First and Second Island Chain. Apa sih itu? Itu perimeter pertahanan maritim Cina. Dia bentuk perimeter itu antara lain untuk amankan pasokan minyak dia yang 80 persen lewat Selat Malaka.
Dari situ nggak bisa dibantah bahwa posisi Indonesia sangat strategis bagi Cina. Pertanyaannnya, apa yang bisa kita lakukan? Apakah posisi strategis ini kita jadikan kartu truf terhadap Cina atau jadi kartu mati? Kalau kita jadikan kartu truf, kita bisa jadikan itu sebagai bargaining dalam berbagai aspek, termasuk militer. Jangan sampai dengan kapal induknya, Cina main injak kaki kita seperti yang dilakukan om Sam sekarang, seolah-olah kita nggak punya bargaining power di hadapan dia.
Kita bisa bangun AL yang antara lain pasokan teknologi dan senjatanya sebagian dari Cina. Sekali lagi, itu dengan catatan kita paham arti penting geopolitik Indonesia. Kalau nggak paham yah kayak selama ini, nggak tahu kekuatan diri sendiri apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar