All hands,
Pengadaan alutsista AL kita masih sangat tergantung pada pasokan dan kemurahan hati pihak asing. Hal itu membuat posisi kita sebagai konsumen berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Kalau produsennya bermurah hati, apa pun kita bisa dapat dari dia. Sedangkan kalau produsennya tinggi hati, yang kita dapat dari dia hanya sedikit.
Itu pula yang dialami oleh kita dalam pengadaan kapal selam dari Barat. Selama kita operasikan kelas U-209, Jerman nggak pernah kasih ilmu taktis kapal selam kepada kita. Jadi taktik kapal selam yang kita gunakan selama ini dalam mengoperasikan U-209 merupakan taktik yang kita dapat dari Uni Soviet waktu beli kelas Whiskey tahun 1959-1960. Dari taktik yang dikasihkan Uni Soviet kepada kita, terus kita kembangkan sendiri dengan mengambil pengalaman kita sendiri dan pengalaman negara-negara lain mengoperasikan kapal selam.
Kasus ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa tidak ada makan siang gratis. Kenapa negara-negara Barat nggak mau kasih taktik kapal selam kepada kita? Menurut saya jawabannya karena Indonesia bukan termasuk sekutu mereka, sekedar kawan atau mitra. Sebagai perbandingan, Malaysia konon diberikan sebagian taktik kapal selam oleh Prancis. Singapura apalagi, dikasih sama Swedia.
Nggak aneh kalau negara-negara Barat terkejut waktu mereka tahu kita pakai ATP-28 untuk taktik kapal selam. Itu pun sebenarnya kita mencuri. Kalau nggak mencuri, mana kita akan dikasih. Jadi ATP-28 itu dalam prakteknya kita padukan dengan taktis kapal selam dari Uni Soviet/Rusia.
Sekarang kita sedang tunggu keputusan pemerintah soal pengadaan kapal selam baru. Apakah dari Rusia dengan kelas Kilo atau Korea Selatan dengan kelas Changbogo/lisensi U-209. Kalau dapat dari Rusia, kemungkinan untuk kita mendapatkan taktik termutakhir kapal selam terbuka lebar. Sedangkan dari Korea Selatan, saya pesimis. Dengan berasumsi bahwa dia dapat taktik kapal selam dari Barat atas ijin Amerika Serikat, belum tentu Amerika Serikat ijinkan taktik itu ”dibagi” kepada Indonesia.
Pengadaan alutsista AL kita masih sangat tergantung pada pasokan dan kemurahan hati pihak asing. Hal itu membuat posisi kita sebagai konsumen berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Kalau produsennya bermurah hati, apa pun kita bisa dapat dari dia. Sedangkan kalau produsennya tinggi hati, yang kita dapat dari dia hanya sedikit.
Itu pula yang dialami oleh kita dalam pengadaan kapal selam dari Barat. Selama kita operasikan kelas U-209, Jerman nggak pernah kasih ilmu taktis kapal selam kepada kita. Jadi taktik kapal selam yang kita gunakan selama ini dalam mengoperasikan U-209 merupakan taktik yang kita dapat dari Uni Soviet waktu beli kelas Whiskey tahun 1959-1960. Dari taktik yang dikasihkan Uni Soviet kepada kita, terus kita kembangkan sendiri dengan mengambil pengalaman kita sendiri dan pengalaman negara-negara lain mengoperasikan kapal selam.
Kasus ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa tidak ada makan siang gratis. Kenapa negara-negara Barat nggak mau kasih taktik kapal selam kepada kita? Menurut saya jawabannya karena Indonesia bukan termasuk sekutu mereka, sekedar kawan atau mitra. Sebagai perbandingan, Malaysia konon diberikan sebagian taktik kapal selam oleh Prancis. Singapura apalagi, dikasih sama Swedia.
Nggak aneh kalau negara-negara Barat terkejut waktu mereka tahu kita pakai ATP-28 untuk taktik kapal selam. Itu pun sebenarnya kita mencuri. Kalau nggak mencuri, mana kita akan dikasih. Jadi ATP-28 itu dalam prakteknya kita padukan dengan taktis kapal selam dari Uni Soviet/Rusia.
Sekarang kita sedang tunggu keputusan pemerintah soal pengadaan kapal selam baru. Apakah dari Rusia dengan kelas Kilo atau Korea Selatan dengan kelas Changbogo/lisensi U-209. Kalau dapat dari Rusia, kemungkinan untuk kita mendapatkan taktik termutakhir kapal selam terbuka lebar. Sedangkan dari Korea Selatan, saya pesimis. Dengan berasumsi bahwa dia dapat taktik kapal selam dari Barat atas ijin Amerika Serikat, belum tentu Amerika Serikat ijinkan taktik itu ”dibagi” kepada Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar