All hands,
Dalam sebuah kegiatan yang saya ikuti di sebuah kota yang identik dengan AL, beberapa senior kita mengungkapkan bahwa dukungan terhadap pembangunan kekuatan AL merupakan hal yang sering diungkapkan, namun realisasinya berbanding terbalik dengan dukungan itu. Singkat kata, komitmen politik belum diterjemahkan dalam bentuk program nyata pembangunan kekuatan AL.
Ungkapan mereka itu memang benar, nggak bisa dibantah. Selama ini yang kita rasakan memang demikian. Pemerintah baru bisa sebatas komitmen politik mau bangun AL, tapi kenyataannya jauh dari harapan. Sebagai contoh yang bikin sebagian dari kita kecewa adalah soal pasokan BBM dari Pertamina.
Bagi kita, Pertamina dianggap nggak peduli soal pentingnya keamanan maritim di perairan yurisdiksi Indonesia. Pertamina juga dianggap nggak peduli soal kerugian negara dan bangsa yang makin besar bila unsur kapal nggak hadir di laut gara-gara dia stop pasokan BBM. Pertamina dalam persepsi kita hanya pikirkan profit saja.
Lepas dari Departemen Pertahanan-TNI punya utang kepada Pertamina, tapi itu kan utang pemerintah. Sementara Pertamina juga punya pemerintah. Apa tidak ada cara lain yang lebih elok untuk selesaikan masalah ini tanpa harus rugikan TNI, khususnya AL?
Kembali ke soal bangkuat AL, memang kendala kita yah di situ. Komitmen politik belum diimplementasikan secara nyata. Akibatnya yah banyak, termasuk anggaran pertahanan yang kecil. Tapi itu salah pemerintah juga. Siapa suruh masukkan alokasi gaji pegawai dalam anggaran pertahanan, yang akibatnya 55-60 persen anggaran itu hanya buat gaji saja. Semestinya alokasi gaji pegawai nggak boleh masuk dalam dalam anggaran pertahanan.
AL itu bukan punya kita yang ada di dalam AL, tapi milik bangsa. Sayangnya pemahaman demikian belum tumbuh di bangsa ini. Akibatnya AL susah untuk berkembang dan maju. Pemerintah baru berani mengklaim diri Indonesia sebagai negara kepulauan, tapi belum berani melangkah bagaimana mengamankan negara kepulauan itu. Sampai kapan kita yang di AL akan terus bermimpi mengawaki AL yang mempunyai deterrence dan diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik?
Dalam sebuah kegiatan yang saya ikuti di sebuah kota yang identik dengan AL, beberapa senior kita mengungkapkan bahwa dukungan terhadap pembangunan kekuatan AL merupakan hal yang sering diungkapkan, namun realisasinya berbanding terbalik dengan dukungan itu. Singkat kata, komitmen politik belum diterjemahkan dalam bentuk program nyata pembangunan kekuatan AL.
Ungkapan mereka itu memang benar, nggak bisa dibantah. Selama ini yang kita rasakan memang demikian. Pemerintah baru bisa sebatas komitmen politik mau bangun AL, tapi kenyataannya jauh dari harapan. Sebagai contoh yang bikin sebagian dari kita kecewa adalah soal pasokan BBM dari Pertamina.
Bagi kita, Pertamina dianggap nggak peduli soal pentingnya keamanan maritim di perairan yurisdiksi Indonesia. Pertamina juga dianggap nggak peduli soal kerugian negara dan bangsa yang makin besar bila unsur kapal nggak hadir di laut gara-gara dia stop pasokan BBM. Pertamina dalam persepsi kita hanya pikirkan profit saja.
Lepas dari Departemen Pertahanan-TNI punya utang kepada Pertamina, tapi itu kan utang pemerintah. Sementara Pertamina juga punya pemerintah. Apa tidak ada cara lain yang lebih elok untuk selesaikan masalah ini tanpa harus rugikan TNI, khususnya AL?
Kembali ke soal bangkuat AL, memang kendala kita yah di situ. Komitmen politik belum diimplementasikan secara nyata. Akibatnya yah banyak, termasuk anggaran pertahanan yang kecil. Tapi itu salah pemerintah juga. Siapa suruh masukkan alokasi gaji pegawai dalam anggaran pertahanan, yang akibatnya 55-60 persen anggaran itu hanya buat gaji saja. Semestinya alokasi gaji pegawai nggak boleh masuk dalam dalam anggaran pertahanan.
AL itu bukan punya kita yang ada di dalam AL, tapi milik bangsa. Sayangnya pemahaman demikian belum tumbuh di bangsa ini. Akibatnya AL susah untuk berkembang dan maju. Pemerintah baru berani mengklaim diri Indonesia sebagai negara kepulauan, tapi belum berani melangkah bagaimana mengamankan negara kepulauan itu. Sampai kapan kita yang di AL akan terus bermimpi mengawaki AL yang mempunyai deterrence dan diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar