All hands,
Seperti pernah ditulis sebelumnya, India mempunyai Indian Navy Vision 2022 sebagai acuan pembangunan kekuatan lautnya. Dalam visi itu, ada dua ambisi AL India yang perlu jadi hirauan kita, karena sangat mungkin berimplikasi kepada Indonesia dalam 10 tahun ke depan. Salah satunya adalah ambisi mempunyai kapal induk baru.
India ingin mempunyai tiga kapal induk yang akan disebarkan pada tiga perairan, yaitu Samudera India, Laut Arab dan Teluk Benggala. Tiga kapal induk artinya secara operasional India akan punya tiga carrier battle group. Carrier battle group itu main body-nya kapal induk yang dikawal sejumlah kapal perusak, penjelajah, fregat dan biasanya ada pula kapal replenishment untuk dukungan bekal ulang logistik.
Dari tiga kapal induk, yang sudah ada saat ini baru satu yaitu INS Vikramaditya yang eks kapal induk kelas Gorshkov milik Rusia. Kapal itu dibeli pada 2004 senilai US$ 1,5 milyar pada 2004 dan akan dilengkapi dengan pesawat tempur MiG-29K. Saat ini program overhauled INS Vikramaditya di Rusia yang dijadwalkan berlangsung dari 2004 sampai dengan 2008 mengalami sejumlah masalah dan berakibat pada pembengkakan biaya. Diperkirakan INS Vikramaditya baru bisa bergabung dengan armada India pada 2012, setelah pada 2010 akan menjalani sea trial selama 18 bulan.
Dua kapal induk lainnya dibangun di Chochin Shipyard, India dikenal sebagai Indigenous Aircraft Carrier (IAC). Menurut rencana, kapal induk pertama buatan India akan diluncurkan pada 2010, sedangkan kapal induk kedua akan diluncurkan tujuh tahun kemudian. Jadi ceritanya dua kapal induk lainnya merupakan hasil industri dalam negeri.
Sekarang India mempunyai satu kapal induk INS Viraat yang telah berusia lebih dari 50 tahun dengan daya jelajah 8.050 km (5.000 mil laut). INS Vikramaditya nantinya akan mampu beroperasi sejauh 22.530 km (14.000 mil laut), adapun dua kapal induk lainnya dirancang untuk beroperasi sejauh 12.070 km (7.500 mil laut).
Dengan daya jelajah yang sedemikian jauh itu, ketiga kapal induk akan mampu dikirim jauh dari Samudera India. Jadi meskipun dinyatakan bahwa ketiga kapal induk itu disebar di tiga perairan, namun potensi sebenarnya melebihi itu. Salah satu perairan yang probabilitasnya tinggi untuk dilayari kapal induk India adalah Laut Cina Selatan.
Kenapa Laut Cina Selatan? India mempunyai sejarah persaingan geopolitik dengan Cina. Ambisi blue water navy Cina yang ingin sebar kekuatan hingga ke Samudera India akan mati-matian dicegah oleh India. Antara lain dengan menyebarkan kapal induknya ke Laut Cina Selatan yang merupakan halaman belakang Cina.
Untuk ke Laut Cina Selatan, sudah pasti melewati perairan Indonesia. Khususnya Selat Malaka dan tidak menutup kemungkinan Selat Sunda/ALKI I. Menjadi menarik untuk me-reka kira-kira bagaimana pola interaksi antara AL kita dengan AL India nantinya yang telah berstatus blue water navy. Jangan-jangan dia seperti armada U.S. Navy sekarang, petantang-petenteng di perairan orang. Semua perairan diklaim sebagai perairan internasional, padahal jelas-jelas hukum internasional menyatakan sebagian perairan itu merupakan perairan teritorial.
Sebagai kekuatan laut yang naik status menjadi blue water navy, terdapat kekhawatiran bahwa suatu saat nanti AL India akan “tinggi hati” terhadap AL di kawasan yang statusnya di bawah blue water navy. Skenario seperti ini harus diantisipasi oleh Indonesia, antara lain dalam penyusunan postur AL.
Seperti pernah ditulis sebelumnya, India mempunyai Indian Navy Vision 2022 sebagai acuan pembangunan kekuatan lautnya. Dalam visi itu, ada dua ambisi AL India yang perlu jadi hirauan kita, karena sangat mungkin berimplikasi kepada Indonesia dalam 10 tahun ke depan. Salah satunya adalah ambisi mempunyai kapal induk baru.
India ingin mempunyai tiga kapal induk yang akan disebarkan pada tiga perairan, yaitu Samudera India, Laut Arab dan Teluk Benggala. Tiga kapal induk artinya secara operasional India akan punya tiga carrier battle group. Carrier battle group itu main body-nya kapal induk yang dikawal sejumlah kapal perusak, penjelajah, fregat dan biasanya ada pula kapal replenishment untuk dukungan bekal ulang logistik.
Dari tiga kapal induk, yang sudah ada saat ini baru satu yaitu INS Vikramaditya yang eks kapal induk kelas Gorshkov milik Rusia. Kapal itu dibeli pada 2004 senilai US$ 1,5 milyar pada 2004 dan akan dilengkapi dengan pesawat tempur MiG-29K. Saat ini program overhauled INS Vikramaditya di Rusia yang dijadwalkan berlangsung dari 2004 sampai dengan 2008 mengalami sejumlah masalah dan berakibat pada pembengkakan biaya. Diperkirakan INS Vikramaditya baru bisa bergabung dengan armada India pada 2012, setelah pada 2010 akan menjalani sea trial selama 18 bulan.
Dua kapal induk lainnya dibangun di Chochin Shipyard, India dikenal sebagai Indigenous Aircraft Carrier (IAC). Menurut rencana, kapal induk pertama buatan India akan diluncurkan pada 2010, sedangkan kapal induk kedua akan diluncurkan tujuh tahun kemudian. Jadi ceritanya dua kapal induk lainnya merupakan hasil industri dalam negeri.
Sekarang India mempunyai satu kapal induk INS Viraat yang telah berusia lebih dari 50 tahun dengan daya jelajah 8.050 km (5.000 mil laut). INS Vikramaditya nantinya akan mampu beroperasi sejauh 22.530 km (14.000 mil laut), adapun dua kapal induk lainnya dirancang untuk beroperasi sejauh 12.070 km (7.500 mil laut).
Dengan daya jelajah yang sedemikian jauh itu, ketiga kapal induk akan mampu dikirim jauh dari Samudera India. Jadi meskipun dinyatakan bahwa ketiga kapal induk itu disebar di tiga perairan, namun potensi sebenarnya melebihi itu. Salah satu perairan yang probabilitasnya tinggi untuk dilayari kapal induk India adalah Laut Cina Selatan.
Kenapa Laut Cina Selatan? India mempunyai sejarah persaingan geopolitik dengan Cina. Ambisi blue water navy Cina yang ingin sebar kekuatan hingga ke Samudera India akan mati-matian dicegah oleh India. Antara lain dengan menyebarkan kapal induknya ke Laut Cina Selatan yang merupakan halaman belakang Cina.
Untuk ke Laut Cina Selatan, sudah pasti melewati perairan Indonesia. Khususnya Selat Malaka dan tidak menutup kemungkinan Selat Sunda/ALKI I. Menjadi menarik untuk me-reka kira-kira bagaimana pola interaksi antara AL kita dengan AL India nantinya yang telah berstatus blue water navy. Jangan-jangan dia seperti armada U.S. Navy sekarang, petantang-petenteng di perairan orang. Semua perairan diklaim sebagai perairan internasional, padahal jelas-jelas hukum internasional menyatakan sebagian perairan itu merupakan perairan teritorial.
Sebagai kekuatan laut yang naik status menjadi blue water navy, terdapat kekhawatiran bahwa suatu saat nanti AL India akan “tinggi hati” terhadap AL di kawasan yang statusnya di bawah blue water navy. Skenario seperti ini harus diantisipasi oleh Indonesia, antara lain dalam penyusunan postur AL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar