All hands,
Bila kita perhatikan persepsi terhadap ancaman, sangat jelas bahwa kita yang ada di lingkungan pertahanan dan militer masih inward looking. Kita nggak terlalu peduli dengan perkembangan lingkungan strategis. Perkembangan itu belum dijadikan konsideran utama dalam pembangunan kekuatan kita. Sebagai contoh, Angkatan Laut negara lain di sekitar kita beli kapal selam, masih saja ada di kita yang nggak peduli.
Menurut saya, itulah hasil dari didikan masa lalu. Di masa lalu, intelijen dididik untuk inward looking. Gamblangnya, untuk amankan kekuasaan pemerintah. Jadi dia didoktrin untuk cari musuh dari dalam dan kurang perhatikan perkembangan lingkungan strategis.
Celakanya, sampai sekarang juga masih begitu. Laporan intelijen kita, sebagian berasal dari koran. Rekan-rekan di intelijen bilang itu intel koran. Ha...ha...ha...
Angkatan Laut yang lebih banyak berinteraksi dengan pihak asing di laut dituntut untuk selalu outward looking. Itu nggak mudah, karena kita harus ubah paradigma sebagai personel yang dulu didoktrin untuk inward looking. Akibat inward looking yah itu tadi...masa bodoh dengan perkembangan di luar.
Kondisi ini harus kita akhiri. Bagaimana pun, musuh kita dari luar. Bukan dari dalam. Sehari-hari kapal perang kita kan berinteraksi dengan kapal perang asing. Pembangunan kekuatan Angkatan Laut asing di sekitar kita, sudah pasti akan mempunyai dampak terhadap kita. Dampak itu harus kita minimalisasi, dan bukan dengan kita bersikap masa bodoh.
Bila kita perhatikan persepsi terhadap ancaman, sangat jelas bahwa kita yang ada di lingkungan pertahanan dan militer masih inward looking. Kita nggak terlalu peduli dengan perkembangan lingkungan strategis. Perkembangan itu belum dijadikan konsideran utama dalam pembangunan kekuatan kita. Sebagai contoh, Angkatan Laut negara lain di sekitar kita beli kapal selam, masih saja ada di kita yang nggak peduli.
Menurut saya, itulah hasil dari didikan masa lalu. Di masa lalu, intelijen dididik untuk inward looking. Gamblangnya, untuk amankan kekuasaan pemerintah. Jadi dia didoktrin untuk cari musuh dari dalam dan kurang perhatikan perkembangan lingkungan strategis.
Celakanya, sampai sekarang juga masih begitu. Laporan intelijen kita, sebagian berasal dari koran. Rekan-rekan di intelijen bilang itu intel koran. Ha...ha...ha...
Angkatan Laut yang lebih banyak berinteraksi dengan pihak asing di laut dituntut untuk selalu outward looking. Itu nggak mudah, karena kita harus ubah paradigma sebagai personel yang dulu didoktrin untuk inward looking. Akibat inward looking yah itu tadi...masa bodoh dengan perkembangan di luar.
Kondisi ini harus kita akhiri. Bagaimana pun, musuh kita dari luar. Bukan dari dalam. Sehari-hari kapal perang kita kan berinteraksi dengan kapal perang asing. Pembangunan kekuatan Angkatan Laut asing di sekitar kita, sudah pasti akan mempunyai dampak terhadap kita. Dampak itu harus kita minimalisasi, dan bukan dengan kita bersikap masa bodoh.
1 komentar:
idealnya harus balance antara inward & outward looking. alangkah baeknya kalo ada bagian inward sendiri & outward sendiri tapi harus integrated
Posting Komentar