All hands,
Kita sudah nggak aneh lagi mendengar ambisi India untuk menjadi penguasa Samudera India. India berpandangan bahwa Samudera India harus tunduk pada sistem politik India. Maksudnya, apa yang terjadi di Samudera India harus berada dalam bingkai kepentingan nasional India. Hal itu dikenal luas sebagai The Indian Monroe Doctrine.
Jadi India mengadopsi The Monroe Doctrine yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada abad ke-19. The Monroe Doctrine menegaskan sikap Presiden James Monroe yang tidak menghendaki negara-negara Eropa ikut campur persoalan di negara-negara benua Amerika. India nggak suka ada aktor asing yang “berkuasa” di perairan itu dan hal itu merupakan visi India sejak era Jawaharlal Nehru sampai sekarang dan mendatang.
Itulah salah satu penjelasan mengapa pada 14-28 Februari 2008 India mengadakan Indian Ocean Naval Symposium (IONS), yang pertama kalinya dilaksanakan. Seperti yang pernah saya tulis, IONS merupakan tiruan dari Western Pacific Naval Symposium (WPNS) yang digagas oleh Amerika Serikat bagi Angkatan Laut negara-negara Samudera Pasifik. IONS diperuntukkan bagi Angkatan Laut negara-negara Samudera India. Indonesia karena mempunyai wilayah di kedua perairan, terlibat dalam kedua forum itu.
Pada Mei 2006 AL India mengeluarkan The India Navy’s Vision Document. Kemudian 2007 luncurkan Maritime Military Strategy. Kalau The India Navy’s Vision Document gampang untuk diakses, beda halnya dengan Maritime Military Strategy. India pelit soal itu, meskipun sebenarnya kita bisa dapatkan lewat jalan belakang.
Dalam perkembangan terbaru, Kasal India Laksamana Sureesh Mehta meluncurkan lagi The Indian Navy Vision 2022. Apa isinya? India wanted to create and sustain a three-dimensional, technology-enabled and networked force capable of safeguarding maritime interests in the high seas and projecting combat power across the littoral. Mehta bilang, ensuring a secure and peaceful environment in the Indian Ocean Region and to further India's political, economic, diplomatic and military objectives are Navy's responsibilities. We will deter conflict through conventional and non-conventional strength. But if this fails, we will fight to achieve decisive victory over our adversaries.
Bagi kita yang di AL, sangat paham maksud dari pernyataan itu dan apa implikasinya buat kawasan. Pada dasarnya kalimat safeguarding maritime interests in the high seas and projecting combat power across the littoral berada dalam bingkai The Indian Monroe Doctrine.
Untuk to create and sustain a three-dimensional, technology-enabled and networked force capable of safeguarding maritime interests in the high seas and projecting combat power across the littoral, salah satu kebijakan pembangunan kekuatan laut India adalah pengadaan kapal selam nuklir kelas Akula dari Rusia. Februari lalu kapal selam Akula sudah diujicoba untuk pertama kalinya dan akan berlangsung hingga tiga tahun hingga siap operasional. Saat ini AL India tengah membangun kapal selam Akula secara rahasia di Mazagaon Docks, Mumbai alias Bombay.
Ke depan, AL kita akan lebih sering berinteraksi di laut dengan kapal-kapal India. AL India akan diproyeksikan hingga ke Asia Tenggara, karena Selat Malaka merupakan salah satu area of India’s legitimate interests. Pertanyaannya, apakah Indonesia tidak mempunyai kepentingan di Samudera India? Kemudian, dalam interaksi AL kita dengan AL India, apa bentuknya? Cooperation, engagement atau hostility?
Kita sudah nggak aneh lagi mendengar ambisi India untuk menjadi penguasa Samudera India. India berpandangan bahwa Samudera India harus tunduk pada sistem politik India. Maksudnya, apa yang terjadi di Samudera India harus berada dalam bingkai kepentingan nasional India. Hal itu dikenal luas sebagai The Indian Monroe Doctrine.
Jadi India mengadopsi The Monroe Doctrine yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada abad ke-19. The Monroe Doctrine menegaskan sikap Presiden James Monroe yang tidak menghendaki negara-negara Eropa ikut campur persoalan di negara-negara benua Amerika. India nggak suka ada aktor asing yang “berkuasa” di perairan itu dan hal itu merupakan visi India sejak era Jawaharlal Nehru sampai sekarang dan mendatang.
Itulah salah satu penjelasan mengapa pada 14-28 Februari 2008 India mengadakan Indian Ocean Naval Symposium (IONS), yang pertama kalinya dilaksanakan. Seperti yang pernah saya tulis, IONS merupakan tiruan dari Western Pacific Naval Symposium (WPNS) yang digagas oleh Amerika Serikat bagi Angkatan Laut negara-negara Samudera Pasifik. IONS diperuntukkan bagi Angkatan Laut negara-negara Samudera India. Indonesia karena mempunyai wilayah di kedua perairan, terlibat dalam kedua forum itu.
Pada Mei 2006 AL India mengeluarkan The India Navy’s Vision Document. Kemudian 2007 luncurkan Maritime Military Strategy. Kalau The India Navy’s Vision Document gampang untuk diakses, beda halnya dengan Maritime Military Strategy. India pelit soal itu, meskipun sebenarnya kita bisa dapatkan lewat jalan belakang.
Dalam perkembangan terbaru, Kasal India Laksamana Sureesh Mehta meluncurkan lagi The Indian Navy Vision 2022. Apa isinya? India wanted to create and sustain a three-dimensional, technology-enabled and networked force capable of safeguarding maritime interests in the high seas and projecting combat power across the littoral. Mehta bilang, ensuring a secure and peaceful environment in the Indian Ocean Region and to further India's political, economic, diplomatic and military objectives are Navy's responsibilities. We will deter conflict through conventional and non-conventional strength. But if this fails, we will fight to achieve decisive victory over our adversaries.
Bagi kita yang di AL, sangat paham maksud dari pernyataan itu dan apa implikasinya buat kawasan. Pada dasarnya kalimat safeguarding maritime interests in the high seas and projecting combat power across the littoral berada dalam bingkai The Indian Monroe Doctrine.
Untuk to create and sustain a three-dimensional, technology-enabled and networked force capable of safeguarding maritime interests in the high seas and projecting combat power across the littoral, salah satu kebijakan pembangunan kekuatan laut India adalah pengadaan kapal selam nuklir kelas Akula dari Rusia. Februari lalu kapal selam Akula sudah diujicoba untuk pertama kalinya dan akan berlangsung hingga tiga tahun hingga siap operasional. Saat ini AL India tengah membangun kapal selam Akula secara rahasia di Mazagaon Docks, Mumbai alias Bombay.
Ke depan, AL kita akan lebih sering berinteraksi di laut dengan kapal-kapal India. AL India akan diproyeksikan hingga ke Asia Tenggara, karena Selat Malaka merupakan salah satu area of India’s legitimate interests. Pertanyaannya, apakah Indonesia tidak mempunyai kepentingan di Samudera India? Kemudian, dalam interaksi AL kita dengan AL India, apa bentuknya? Cooperation, engagement atau hostility?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar