All hands,
Dalam masalah sengketa Indonesia dengan Malaysia soal wilayah di Laut Sulawesi (Ambalat), salah satu hal yang harus kita perhatikan adalah pangkalan TLDM di sana. Dalam 10 tahun terakhir, Malaysia sejumlah pangkalan baru TLDM, seperti di Lumut dan Sabah. Kalau di Lumut itu untuk menghadapi ancaman di sekitar Selat Malaka.
Untuk memperkuat pertahanan maritim di sekitar Laut Sulu, Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan, Malaysia mengembangkan pangkalan Angkatan Laut di Teluk Sepanggar, Sabah. Pangkalan Angkatan Laut Teluk Sepanggar dirancang menjadi pangkalan kapal selam kelas Scorpene. Menurut data, Malaysia menghabiskan US$ 284 juta untuk membangun pangkalan tersebut dan di sini terletak Markas Komando TLDM Wilayah II.
Itulah yang harus diwaspadai oleh Indonesia. Menurut pendapat saya, Scorpene TLDM akan bermain di Selat Makassar dan Laut Jawa, termasuk kemungkinan melakukan pengintaian di depan pangkalan kita di Surabaya. Bila pecah konflik, bukan tidak mungkin dia akan kapal hajar perang kita sejak keluar dari APBS.
Pembangunan pangkalan TLDM di wilayah Sabah menandakan adanya perluasan strategi maritim Malaysia, yang semula hanya berfokus terhadap keamanan Selat Malaka, kini melebar hingga ke Laut Sulu dan Laut Sulawesi. Perluasan strategi maritim hingga ke kedua perairan dilatarbelakangi oleh isu politik keamanan dan ekonomi. Dari isu politik keamanan, perairan Laut Sulu dan Laut Sulawesi merupakan kawasan rawan aktivitas terorisme yang berpusat di Pulau Mindanao, Filipina. Gejolak politik keamanan di Pulau Mindanao yang melibatkan gerilyawan Moro dan jaringan Al Qaida berimplikasi negatif terhadap keamanan Malaysia di wilayah Sabah dan sekitarnya.
Sedangkan isu ekonomi tak lepas dari banyaknya potensi kandungan minyak dan gas bumi di Laut Sulawesi. Potensi hidrokarbon itulah yang menjadi pendorong Malaysia mengklaim perairan teritorial dan ZEE Indonesia di Laut Sulawesi pasca lepasnya Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Kasus yang dikenal sebagai konflik Blok Ambalat tersebut semakin meyakinkan Malaysia untuk memperkuat kekuatan laut (dan udaranya) di sekitar Laut Sulu dan Laut Sulawesi.
Dalam masalah sengketa Indonesia dengan Malaysia soal wilayah di Laut Sulawesi (Ambalat), salah satu hal yang harus kita perhatikan adalah pangkalan TLDM di sana. Dalam 10 tahun terakhir, Malaysia sejumlah pangkalan baru TLDM, seperti di Lumut dan Sabah. Kalau di Lumut itu untuk menghadapi ancaman di sekitar Selat Malaka.
Untuk memperkuat pertahanan maritim di sekitar Laut Sulu, Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan, Malaysia mengembangkan pangkalan Angkatan Laut di Teluk Sepanggar, Sabah. Pangkalan Angkatan Laut Teluk Sepanggar dirancang menjadi pangkalan kapal selam kelas Scorpene. Menurut data, Malaysia menghabiskan US$ 284 juta untuk membangun pangkalan tersebut dan di sini terletak Markas Komando TLDM Wilayah II.
Itulah yang harus diwaspadai oleh Indonesia. Menurut pendapat saya, Scorpene TLDM akan bermain di Selat Makassar dan Laut Jawa, termasuk kemungkinan melakukan pengintaian di depan pangkalan kita di Surabaya. Bila pecah konflik, bukan tidak mungkin dia akan kapal hajar perang kita sejak keluar dari APBS.
Pembangunan pangkalan TLDM di wilayah Sabah menandakan adanya perluasan strategi maritim Malaysia, yang semula hanya berfokus terhadap keamanan Selat Malaka, kini melebar hingga ke Laut Sulu dan Laut Sulawesi. Perluasan strategi maritim hingga ke kedua perairan dilatarbelakangi oleh isu politik keamanan dan ekonomi. Dari isu politik keamanan, perairan Laut Sulu dan Laut Sulawesi merupakan kawasan rawan aktivitas terorisme yang berpusat di Pulau Mindanao, Filipina. Gejolak politik keamanan di Pulau Mindanao yang melibatkan gerilyawan Moro dan jaringan Al Qaida berimplikasi negatif terhadap keamanan Malaysia di wilayah Sabah dan sekitarnya.
Sedangkan isu ekonomi tak lepas dari banyaknya potensi kandungan minyak dan gas bumi di Laut Sulawesi. Potensi hidrokarbon itulah yang menjadi pendorong Malaysia mengklaim perairan teritorial dan ZEE Indonesia di Laut Sulawesi pasca lepasnya Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Kasus yang dikenal sebagai konflik Blok Ambalat tersebut semakin meyakinkan Malaysia untuk memperkuat kekuatan laut (dan udaranya) di sekitar Laut Sulu dan Laut Sulawesi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar