15 November 2008

Strategic Objective Konflik Di Laut Sulawesi

All hands,
Kita tidak bisa menutup kemungkinan konflik terbuka dengan Malaysia terkait isu klaim maritim di Laut Sulawesi (Blok Ambalat).
Oleh sebab itu, kita harus bersiap menghadapi kontinjensi kapan saja. Sebab perang masa kini terjadi secara cepat, seringkali tanpa melewati setiap tahap eskalasi konflik seperti teori yang diajarkan di Seskoal dan berakhir dengan cepat pula.
Terkait dengan kesiapan itu, hal pertama yang harus kita rumuskan adalah apa strategic objective di Laut Sulawesi? Strategic objective itulah yang harus menjadi penuntun bagi semua operasi yang dilancarkan oleh TNI maupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instrumen kekuatan nasional lainnya dalam rangka mendukung kepentingan nasional di perairan itu. Sebab apabila kita terlibat konflik terbuka dengan Malaysia, selain unsur-unsur TNI, instrumen kekuatan nasional lainnya harus pula terlibat konflik dengan Malaysia sesuai dengan bidangnya.
Misalnya, Departemen Luar Negeri harus berjuang di medan diplomasi for the sake of the nation, bukan to appease Malaysia for the sake of an illusion of ASEAN unity.
Menurut saya, strategic objective-nya bisa saja berbunyi “menetralisasi instrumen kekuatan nasional Malaysia untuk menegaskan klaimnya terhadap wilayah perairan yurisdiksi Indonesia di Laut Sulawesi (Blok Ambalat)”. Dengan menggunakan kalimat “menetralisasi instrumen kekuatan nasional Malaysia”, berarti yang harus berperang bukan saja TNI, tetapi juga instrumen kekuatan nasional Indonesia lainnya. Perang itu bukan saja secara fisik, tapi juga harus meliputi informasi, diplomasi dan juga perang dagang.
Secara tradisional, instrumen kekuatan nasional terdiri atas PEM (politic, economic and military). Sekarang sudah bergeser menjadi MIDLIFE (military, intelligence, diplomatic, law enforcement, informational, financial and economic). Sebelum MIDLIFE konsep PEM berubah menjadi DIME (diplomatic, informational, military and economic).
Kalau strategic objective sudah disetujui bersama, barulah dirumuskan tactical objective. Termasuk tactical objective di bidang militer. Satu hal yang harus kita perhatikan dengan strategic objective adalah peringatan dari Napoleon Bonaparte.
Napoleon bilang “Strategy is the art of making use of time and space. I am less in charge of the latter than the former. Space we can recover, lost time never”. Maksudnya, dalam konflik dengan Malaysia, ketika konflik terjadi, kita berlomba dengan waktu untuk segera mencapai strategic objective yang telah kita tetapkan. Seperti kata Geoffrey Till, “strategy doesn’t work in the vacuum space”, yang menegaskan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapai tidaknya strategic objective itu. Termasuk di dalamnya tekanan dari pihak-pihak di luar Indonesia dan Malaysia yang berkonflik.
Sebelum tekanan itu memberikan pengaruh negatif terhadap pencapaian strategic objective yang sudah ditetapkan, kita harus sesegera mungkin mencapai strategic objective itu. Hasil konflik itu akan menentukan hubungan kita dengan Malaysia untuk waktu-waktu mendatang.

Tidak ada komentar: