All hands,
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan dalam melaksanakan operational art masa kini adalah lahirnya ruang baru yang kasat mata namun nyata, yaitu cyberspace. Cyberspace melahirkan konsep network-centric warfare, yang mana kemampuan terhadap penguasaan ruang ini akan berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perang masa kini dan masa depan salah satunya akan terjadi di cyberspace dan pihak yang lemah di cyberspace akan menuju pada kekalahan taktis dan strategis.
Masalah krusial dalam penguasaan terhadap cyberspace adalah kemampuan terhadap penguasaan teknologi yang berkaitan dengan itu. Hanya negara-negara maju dengan dukungan anggaran pertahanan yang berkali-kali lipat dibandingkan negara-negara berkembang yang mampu mewujudkan penguasaan terhadap cyberspace. Sedangkan negara-negara berkembang, kecuali beberapa negara saja, masih berkutat pada ruang konvensional seperti ruang di masa Perang Napoleon.
Tantangan inilah yang kini dihadapi oleh Indonesia. Kemampuan untuk menguasai cyberspace masih sangat lemah. Apa yang terjadi dalam Latihan Gabungan TNI 2008 menunjukkan hal itu. Untuk menanggulangi hal tersebut, satu-satunya cara adalah membangun kemampuan network-centric warfare ala Indonesia. Yang dimaksud ala Indonesia adalah kemampuan yang dibangun adalah sesuai dengan kondisi kita saat ini, bukan langsung meniru cara-cara serupa yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang biasanya selalu dijadikan rujukan.
Amerika Serikat sudah lama menguasai teknologi-teknologi yang terkait cyberspace, termasuk teknologi satelit. Yang paling mungkin dilakukan oleh Indonesia sekarang adalah bagaimana ruang cyber yang dimanfaatkan bagi kepentingan militer mampu menangkal serangan dari lawan. Itu saja dulu.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan dalam melaksanakan operational art masa kini adalah lahirnya ruang baru yang kasat mata namun nyata, yaitu cyberspace. Cyberspace melahirkan konsep network-centric warfare, yang mana kemampuan terhadap penguasaan ruang ini akan berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perang masa kini dan masa depan salah satunya akan terjadi di cyberspace dan pihak yang lemah di cyberspace akan menuju pada kekalahan taktis dan strategis.
Masalah krusial dalam penguasaan terhadap cyberspace adalah kemampuan terhadap penguasaan teknologi yang berkaitan dengan itu. Hanya negara-negara maju dengan dukungan anggaran pertahanan yang berkali-kali lipat dibandingkan negara-negara berkembang yang mampu mewujudkan penguasaan terhadap cyberspace. Sedangkan negara-negara berkembang, kecuali beberapa negara saja, masih berkutat pada ruang konvensional seperti ruang di masa Perang Napoleon.
Tantangan inilah yang kini dihadapi oleh Indonesia. Kemampuan untuk menguasai cyberspace masih sangat lemah. Apa yang terjadi dalam Latihan Gabungan TNI 2008 menunjukkan hal itu. Untuk menanggulangi hal tersebut, satu-satunya cara adalah membangun kemampuan network-centric warfare ala Indonesia. Yang dimaksud ala Indonesia adalah kemampuan yang dibangun adalah sesuai dengan kondisi kita saat ini, bukan langsung meniru cara-cara serupa yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang biasanya selalu dijadikan rujukan.
Amerika Serikat sudah lama menguasai teknologi-teknologi yang terkait cyberspace, termasuk teknologi satelit. Yang paling mungkin dilakukan oleh Indonesia sekarang adalah bagaimana ruang cyber yang dimanfaatkan bagi kepentingan militer mampu menangkal serangan dari lawan. Itu saja dulu.
Untuk membangun kemampuan itu, dukungan nyata dari pemerintah, lembaga riset pemerintah dan BUMN sangat dibutuhkan. Pertanyaannya, siapa yang akan jadi leading sector? Kalau anggarannya puluhan trilyun, semua instansi pasti akan rebutan jadi leading sector.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar