All hands,
Dengan semakin meningkatnya tonase kapal niaga, khususnya kapal tanker yang kini sudah mencapai kategori ULCC, Selat Malaka akan semakin dihindari oleh kapal-kapal bertonase di atas 100.000 ton itu. Selain itu, pendangkalan Selat Malaka juga menjadi alasan lain mengapa perairan itu akan ditinggalkan oleh kapal bertonase besar. Lalu kemana kapal-kapal besar itu berpindah?
Kapal-kapal itu mengalihkan jalur pelayarannya ke Selat Lombok-Selat Makassar alias ALKI II. Dengan demikian dalam tahun-tahun mendatang nilai strategis ALKI II akan semakin meningkat. Tidak heran bila sejak 2006 U.S. Navy telah memberikan perhatian khusus terhadap alur itu. Contohnya banyak, di antaranya latihan bersama dengan AL kita di perairan sekitar Tarakan dan proyek IMSS Section 1207.
Beralihnya sebagian pelayaran niaga ke ALKI II pada dasarnya menguntungkan Indonesia dan merugikan Singapura. Tapi bukan tidak mungkin Singapura akan dengan segala cara melakukan “sabotase” agar Indonesia tidak diuntungkan. Misalnya melalui Departemen Perhubungan agar Indonesia tidak mengembangkan hub port di sekitar ALKI II.
Tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan peran strategisnya di ALKI II dalam konteks stabilitas kawasan antara lain masih adanya sengketa maritim di utara ALKI II dan adanya ketidaknyamanan negara di selatan ALKI II dengan kehadiran gelar kekuatan militer Indonesia di ALKI II. Seperti diketahui, selain oleh kehadiran patroli rutin kapal perang AL kita, di sekitar ALKI II juga ditempatkan satuan salah satu di antara sedikit pesawat tempur yang paling canggih di Indonesia dan dunia.
Dari segi strategis, nilai ALKI II akan meningkat drastis dan bukan tidak mungkin akan menyamai Selat Malaka apabila Indonesia bisa “memainkannya”. Pertanyaannya adalah apakah peran strategis ALKI II di tahun-tahun mendatang sudah diantisipasi oleh Indonesia sejak dini? Antisipasi yang dimaksud bukan saja terbatas pada aspek keamanan, tetapi juga meliputi aspek ekonomi.
Terkait dengan aspek pertahanan, bagaimana dengan perencanaan strategis pertahanan di ALKI II? Apakah yang ada saat ini sudah cukup ataukah belum? Selain harus mengantisipasi ancaman dan atau tantangan dari aktor negara, perlu pula disiapkan strategi untuk menghadapi ancaman dan atau tantangan dari aktor non negara di alur tersebut.
Di masa lalu, Jepang membangun pangkalan AL di Teluk Dondo untuk mengantisipasi masuknya kapal perang Sekutu dari arah utara. Sementara di bagian selatan yaitu di Selat Lombok juga dilakukan perkuatan untuk menghadapi ancaman dari selatan. Lalu Indonesia sendiri bagaimana?
Dengan semakin meningkatnya tonase kapal niaga, khususnya kapal tanker yang kini sudah mencapai kategori ULCC, Selat Malaka akan semakin dihindari oleh kapal-kapal bertonase di atas 100.000 ton itu. Selain itu, pendangkalan Selat Malaka juga menjadi alasan lain mengapa perairan itu akan ditinggalkan oleh kapal bertonase besar. Lalu kemana kapal-kapal besar itu berpindah?
Kapal-kapal itu mengalihkan jalur pelayarannya ke Selat Lombok-Selat Makassar alias ALKI II. Dengan demikian dalam tahun-tahun mendatang nilai strategis ALKI II akan semakin meningkat. Tidak heran bila sejak 2006 U.S. Navy telah memberikan perhatian khusus terhadap alur itu. Contohnya banyak, di antaranya latihan bersama dengan AL kita di perairan sekitar Tarakan dan proyek IMSS Section 1207.
Beralihnya sebagian pelayaran niaga ke ALKI II pada dasarnya menguntungkan Indonesia dan merugikan Singapura. Tapi bukan tidak mungkin Singapura akan dengan segala cara melakukan “sabotase” agar Indonesia tidak diuntungkan. Misalnya melalui Departemen Perhubungan agar Indonesia tidak mengembangkan hub port di sekitar ALKI II.
Tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan peran strategisnya di ALKI II dalam konteks stabilitas kawasan antara lain masih adanya sengketa maritim di utara ALKI II dan adanya ketidaknyamanan negara di selatan ALKI II dengan kehadiran gelar kekuatan militer Indonesia di ALKI II. Seperti diketahui, selain oleh kehadiran patroli rutin kapal perang AL kita, di sekitar ALKI II juga ditempatkan satuan salah satu di antara sedikit pesawat tempur yang paling canggih di Indonesia dan dunia.
Dari segi strategis, nilai ALKI II akan meningkat drastis dan bukan tidak mungkin akan menyamai Selat Malaka apabila Indonesia bisa “memainkannya”. Pertanyaannya adalah apakah peran strategis ALKI II di tahun-tahun mendatang sudah diantisipasi oleh Indonesia sejak dini? Antisipasi yang dimaksud bukan saja terbatas pada aspek keamanan, tetapi juga meliputi aspek ekonomi.
Terkait dengan aspek pertahanan, bagaimana dengan perencanaan strategis pertahanan di ALKI II? Apakah yang ada saat ini sudah cukup ataukah belum? Selain harus mengantisipasi ancaman dan atau tantangan dari aktor negara, perlu pula disiapkan strategi untuk menghadapi ancaman dan atau tantangan dari aktor non negara di alur tersebut.
Di masa lalu, Jepang membangun pangkalan AL di Teluk Dondo untuk mengantisipasi masuknya kapal perang Sekutu dari arah utara. Sementara di bagian selatan yaitu di Selat Lombok juga dilakukan perkuatan untuk menghadapi ancaman dari selatan. Lalu Indonesia sendiri bagaimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar