All hands,
Dalam force planning, pertanyaan how much is enough? mempunyai keterkaitan dengan size of the force yang ingin dibangun. Size of the force merupakan turunan terhadap requirement dari strategi yang ditetapkan.
Pertanyaan how much is enough? merupakan pertanyaan klasik yang biasanya sulit untuk dijawab. Sebenarnya parameter untuk menjawab pertanyaan itu sudah tersedia. Size of the force pasti kaitannya dengan requirement dari strategi. Requirement dari strategi misalnya mampu melakukan deterrence, mempertahankan tanah air, mempertahankan SLOC, proyeksi kekuatan dan lain sebagainya. Size of the force harus mengacu pada requirement tersebut.
Pertanyaan how much is enough? juga berlaku di Indonesia selama ini. Sebagai contoh dalam konteks AL, penentuan kebutuhan jumlah kapal perang yang minimal maupun standar selalu menjadi perdebatan. Belum pernah suatu angka kebutuhan mampu bertahan hingga lima tahun, pasti selalu berubah.
Mengenai size of the force yang terkait dengan pertanyaan klasik yaitu how much is enough?, menurut hemat saya, sebaiknya dikaitkan dengan skenario-skenario yang probabilitasnya besar untuk dihadapi dalam jangka waktu 20-25 tahun ke depan. Berangkat dari skenario-skenario tersebut, dilakukan risk analysis terhadap kepentingan nasional. Selain risk analysis, dilaksanakan pula fiscal analysis.
Risk analysis penting untuk dilakukan dalam merancang strategi dan arsitektur pertahanan, sebab dari sana dapat diprediksi seberapa besar risk yang muncul terhadap kepentingan nasional. Dari risk analysis pula bisa ditetapkan seberapa besar kekuatan yang perlu dibangun untuk menghadapi risk tersebut.
Soal fiscal analysis kaitannya sangat jelas, yaitu kemampuan dukungan fiskal pemerintah terhadap kekuatan pertahanan yang dibutuhkan. Di sinilah titik temu antara aspek pertahanan dengan aspek ekonomi, yang mana seringkali memaksa aspek pertahanan untuk berkompromi sebagai akibat dari keterbatasan sumber daya.
Masalahnya di Indonesia, kita tak pernah berhitung dengan benar soal risk analysis dan fiscal analysis. Tidak aneh bila pertanyaan how much is enough? lebih sulit dijawab dibandingkan dengan di negara-negara lain yang mempraktekkan dengan betul strategy and force planning.
Dalam force planning, pertanyaan how much is enough? mempunyai keterkaitan dengan size of the force yang ingin dibangun. Size of the force merupakan turunan terhadap requirement dari strategi yang ditetapkan.
Pertanyaan how much is enough? merupakan pertanyaan klasik yang biasanya sulit untuk dijawab. Sebenarnya parameter untuk menjawab pertanyaan itu sudah tersedia. Size of the force pasti kaitannya dengan requirement dari strategi. Requirement dari strategi misalnya mampu melakukan deterrence, mempertahankan tanah air, mempertahankan SLOC, proyeksi kekuatan dan lain sebagainya. Size of the force harus mengacu pada requirement tersebut.
Pertanyaan how much is enough? juga berlaku di Indonesia selama ini. Sebagai contoh dalam konteks AL, penentuan kebutuhan jumlah kapal perang yang minimal maupun standar selalu menjadi perdebatan. Belum pernah suatu angka kebutuhan mampu bertahan hingga lima tahun, pasti selalu berubah.
Mengenai size of the force yang terkait dengan pertanyaan klasik yaitu how much is enough?, menurut hemat saya, sebaiknya dikaitkan dengan skenario-skenario yang probabilitasnya besar untuk dihadapi dalam jangka waktu 20-25 tahun ke depan. Berangkat dari skenario-skenario tersebut, dilakukan risk analysis terhadap kepentingan nasional. Selain risk analysis, dilaksanakan pula fiscal analysis.
Risk analysis penting untuk dilakukan dalam merancang strategi dan arsitektur pertahanan, sebab dari sana dapat diprediksi seberapa besar risk yang muncul terhadap kepentingan nasional. Dari risk analysis pula bisa ditetapkan seberapa besar kekuatan yang perlu dibangun untuk menghadapi risk tersebut.
Soal fiscal analysis kaitannya sangat jelas, yaitu kemampuan dukungan fiskal pemerintah terhadap kekuatan pertahanan yang dibutuhkan. Di sinilah titik temu antara aspek pertahanan dengan aspek ekonomi, yang mana seringkali memaksa aspek pertahanan untuk berkompromi sebagai akibat dari keterbatasan sumber daya.
Masalahnya di Indonesia, kita tak pernah berhitung dengan benar soal risk analysis dan fiscal analysis. Tidak aneh bila pertanyaan how much is enough? lebih sulit dijawab dibandingkan dengan di negara-negara lain yang mempraktekkan dengan betul strategy and force planning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar