All hands,
Untuk mengamankan kepentingan nasional, memenangkan perang atau konflik bukanlah satu-satunya cara yang tersedia. Masih ada cara lain yang tersedia, yaitu melalui penangkalan alias deterring potential adversaries. Untuk bisa melakukan hal tersebut, dalam konteks Indonesia terdapat beberapa hal yang mesti dibenahi.
Penangkalan bukan saja berbentuk unilateral, namun juga bisa berwujud bilateral, multilateral, bahkan regional. Pemahaman seperti itu penting karena selama ini pemahaman terhadap penangkalan di Indonesia masih sepotong-sepotong. Dan yang lebih celaka lagi, sepertinya yang paham dengan penangkalan hanya milliter.
Aktor pelaku penangkalan tidak dapat mengandalkan pada militer saja, melainkan harus bersandar pada semua instrumen kekuatan nasional. Pertanyaannya, apakah instrumen kekuatan nasional selain militer selama ini sudah melakukan penangkalan?
Tentu saja untuk melakukan penangkalan pemerintah harus menetapkan siapa yang more likely mengancam kepentingan nasional sehingga harus ditangkal? Sasaran yang harus ditangkal bisa berupa aktor negara, bisa pula aktor non negara.
Selama pemerintah belum berani menetapkan siapa yang harus ditangkal, bagaimana instrumen kekuatan nasional, termasuk militer, harus melakukan penangkalan? Untuk merumuskan siapa yang more likely, dibutuhkan keberanian untuk menghilangkan "rasa tidak enak" terhadap negara lain, apalagi aktor lain. Selama ini masalah psikologis “rasa tidak enak” itu yang menjadi penghalang penentuan ancaman terhadap Indonesia, suatu hal yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang kepemimpinan nasional yang berlatar belakang nilai-nilai etnis tertentu di Nusantara.
Melaksanakan penangkalan bukan berarti suatu negara tidak siap untuk melakukan perang. Penangkalan dengan perang sama pentingnya dalam strategi keamanan nasional suatu bangsa. Kalau untuk penangkalan saja Indonesia tidak siap, lalu bagaimana untuk memenangkan perang atau konflik?
Cost penangkalan memang lebih murah daripada perang, sehingga upaya itu sudah sepantasnya ditempuh. Tetapi pada sisi lain kita harus bersiap dengan cost untuk perang atau konflik, dengan catatan cost-nya terdefinisi. Bukan dengan cost tak terhingga nilainya melalui attrition warfare.
Untuk mengamankan kepentingan nasional, memenangkan perang atau konflik bukanlah satu-satunya cara yang tersedia. Masih ada cara lain yang tersedia, yaitu melalui penangkalan alias deterring potential adversaries. Untuk bisa melakukan hal tersebut, dalam konteks Indonesia terdapat beberapa hal yang mesti dibenahi.
Penangkalan bukan saja berbentuk unilateral, namun juga bisa berwujud bilateral, multilateral, bahkan regional. Pemahaman seperti itu penting karena selama ini pemahaman terhadap penangkalan di Indonesia masih sepotong-sepotong. Dan yang lebih celaka lagi, sepertinya yang paham dengan penangkalan hanya milliter.
Aktor pelaku penangkalan tidak dapat mengandalkan pada militer saja, melainkan harus bersandar pada semua instrumen kekuatan nasional. Pertanyaannya, apakah instrumen kekuatan nasional selain militer selama ini sudah melakukan penangkalan?
Tentu saja untuk melakukan penangkalan pemerintah harus menetapkan siapa yang more likely mengancam kepentingan nasional sehingga harus ditangkal? Sasaran yang harus ditangkal bisa berupa aktor negara, bisa pula aktor non negara.
Selama pemerintah belum berani menetapkan siapa yang harus ditangkal, bagaimana instrumen kekuatan nasional, termasuk militer, harus melakukan penangkalan? Untuk merumuskan siapa yang more likely, dibutuhkan keberanian untuk menghilangkan "rasa tidak enak" terhadap negara lain, apalagi aktor lain. Selama ini masalah psikologis “rasa tidak enak” itu yang menjadi penghalang penentuan ancaman terhadap Indonesia, suatu hal yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang kepemimpinan nasional yang berlatar belakang nilai-nilai etnis tertentu di Nusantara.
Melaksanakan penangkalan bukan berarti suatu negara tidak siap untuk melakukan perang. Penangkalan dengan perang sama pentingnya dalam strategi keamanan nasional suatu bangsa. Kalau untuk penangkalan saja Indonesia tidak siap, lalu bagaimana untuk memenangkan perang atau konflik?
Cost penangkalan memang lebih murah daripada perang, sehingga upaya itu sudah sepantasnya ditempuh. Tetapi pada sisi lain kita harus bersiap dengan cost untuk perang atau konflik, dengan catatan cost-nya terdefinisi. Bukan dengan cost tak terhingga nilainya melalui attrition warfare.
1 komentar:
terimakasih tugas sekolahku jadi selesai
Posting Komentar