All hands,
Dorongan Amerika Serikat serta atmosfir politik dalam negeri Jepang merupakan pintu masuk bagi JMSDF untuk secara proaktif menyebarkan kekuatannya ke kawasan Asia Pasifik untuk mengamankan kepentingan Jepang. Selain penyebaran kekuatan, secara internal Jepang membangun kekuatan JMSDF yang memiliki kemampuan pengendalian laut, khususnya peperangan anti kapal selam dan pertahanan anti rudal. Pembangunan tersebut mengambil kemampuan Cina sebagai patokan, karena negeri itu sepertinya dianggap potensial mengancam keamanan Jepang di masa depan.
Sejak zona 1.000 mil laut dicanangkan akhir 1970-an, JMSDF diarahkan untuk mempunyai naval expeditionary operations. Sehingga bukan sesuatu yang aneh bila pada 2001 JMSDF mampu menyebarkan kekuatannya ke Samudera India untuk mendukung perang global terhadap terorisme yang dicanangkan oleh Amerika Serikat, karena karakter itu telah dibangun hampir 30 tahun. Karakter operasi ekspedisionari juga terlihat dalam operasi HADR tsunami di Indonesia pada 2004, yang mengikutsertakan kapal LST kelas Osumi yang menyerupai kapal induk kecil.
Kiprah JMSDF di kawasan dapat dilihat pula dari partisipasinya dalam beberapa latihan multinasional, seperti RIMPAC dan MALABAR. Hal itu menunjukkan bahwa interaksi JMSDF dengan Angkatan Laut lain di kawasan makin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Di samping kapal atas air, sebenarnya JMSDF sejak lama telah melakukan penyebaran kapal selamnya ke Samudera Pasifik dan Samudera India. Berbeda dengan kapal atas air yang mudah untuk dideteksi kehadirannya, penyebaran kapal selam Jepang kurang bergema di kawasan karena karakteristiknya yang tidak gampang dideteksi. Namun banyak laporan menunjukkan bahwa negeri itu aktif menyebarkan kapal selamnya ke kawasan, bahkan beberapa kali terdeteksi tengah melintas perairan yurisdiksi Indonesia.
Banyak pihak membahas tentang kiprah JMSDF di kawasan dengan fokus pada isu-isu yang terkait aliansi Amerika Serikat-Jepang. Yang belum banyak dikupas adalah hirauan JMSDF terhadap isu keamanan maritim yang merupakan kepentingan vital Jepang. Selama ini JMSDF terkesan berhati-hati dan low profile dengan isu tersebut dan tidak menonjolkan diri seperti halnya JCG. Tetapi dalam perkembangan belakangan ini, JMSDF mulai high profile dengan isu tersebut, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Aspirasi untuk berpartisipasi aktif dalam penanganan keamanan maritim di kawasan ini dapat dilihat dari kunjungan Kepala Staf JMSDF ke beberapa negara Asia Tenggara pada 2006 untuk menemui para sejawatnya. Dalam tur tersebut, Kepala Staf JMSDF bertukar pikiran dengan beberapa Kepala Staf Angkatan Laut menyangkut isu keamanan maritim, yang pada dasarnya ingin menangkap bagaimana respon kawasan Asia Tenggara terhadap (kemungkinan) perluasan peran JMSDF pada isu tersebut. Dari kacamata ke-Angkatan Laut-an, tidak ada yang keliru dari kunjungan pimpinan JMSDF, namun perspektif politik keamanan kawasan kadang kala melihatnya dari sisi yang berbeda.
Sejak zona 1.000 mil laut dicanangkan akhir 1970-an, JMSDF diarahkan untuk mempunyai naval expeditionary operations. Sehingga bukan sesuatu yang aneh bila pada 2001 JMSDF mampu menyebarkan kekuatannya ke Samudera India untuk mendukung perang global terhadap terorisme yang dicanangkan oleh Amerika Serikat, karena karakter itu telah dibangun hampir 30 tahun. Karakter operasi ekspedisionari juga terlihat dalam operasi HADR tsunami di Indonesia pada 2004, yang mengikutsertakan kapal LST kelas Osumi yang menyerupai kapal induk kecil.
Kiprah JMSDF di kawasan dapat dilihat pula dari partisipasinya dalam beberapa latihan multinasional, seperti RIMPAC dan MALABAR. Hal itu menunjukkan bahwa interaksi JMSDF dengan Angkatan Laut lain di kawasan makin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Di samping kapal atas air, sebenarnya JMSDF sejak lama telah melakukan penyebaran kapal selamnya ke Samudera Pasifik dan Samudera India. Berbeda dengan kapal atas air yang mudah untuk dideteksi kehadirannya, penyebaran kapal selam Jepang kurang bergema di kawasan karena karakteristiknya yang tidak gampang dideteksi. Namun banyak laporan menunjukkan bahwa negeri itu aktif menyebarkan kapal selamnya ke kawasan, bahkan beberapa kali terdeteksi tengah melintas perairan yurisdiksi Indonesia.
Banyak pihak membahas tentang kiprah JMSDF di kawasan dengan fokus pada isu-isu yang terkait aliansi Amerika Serikat-Jepang. Yang belum banyak dikupas adalah hirauan JMSDF terhadap isu keamanan maritim yang merupakan kepentingan vital Jepang. Selama ini JMSDF terkesan berhati-hati dan low profile dengan isu tersebut dan tidak menonjolkan diri seperti halnya JCG. Tetapi dalam perkembangan belakangan ini, JMSDF mulai high profile dengan isu tersebut, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Aspirasi untuk berpartisipasi aktif dalam penanganan keamanan maritim di kawasan ini dapat dilihat dari kunjungan Kepala Staf JMSDF ke beberapa negara Asia Tenggara pada 2006 untuk menemui para sejawatnya. Dalam tur tersebut, Kepala Staf JMSDF bertukar pikiran dengan beberapa Kepala Staf Angkatan Laut menyangkut isu keamanan maritim, yang pada dasarnya ingin menangkap bagaimana respon kawasan Asia Tenggara terhadap (kemungkinan) perluasan peran JMSDF pada isu tersebut. Dari kacamata ke-Angkatan Laut-an, tidak ada yang keliru dari kunjungan pimpinan JMSDF, namun perspektif politik keamanan kawasan kadang kala melihatnya dari sisi yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar