All hands,
Dalam memilih kapal selam, banyak pertimbangan yang harus dilakukan. Pertimbangan itu baik menyangkut aspek operasi dan aspek logistik yang menjadi domain Angkatan Laut maupun aspek pembiayaan dan aspek politik yang menjadi domain pemerintah. Tentu perlu yang cermat sebelum memutuskan suatu jenis kapal selam untuk dijadikan pilihan bagi perkuatan Angkatan Laut.
Di luar aspek-aspek itu, hendaknya dipertimbangkan pula masalah populasi kapal selam di dunia. Di antara beberapa kandidat kapal selam yang akan dipilih, mana populasinya yang banyak, mana pula populasinya yang sedikit. Banyak dan sedikitnya populasi kapal selam akan berpengaruh pada aspek logistik nantinya.
Sebagai contoh, meskipun Jerman tidak menggunakan kelas U-209 dalam armada Angkatan Lautnya, namun populasi kapal selam itu banyak di dunia. Artinya jaminan suku cadang cukup aman untuk jangka panjang. Masalah jaminan suku cadang sangat penting, jangan sampai kita membeli kapal selam yang suku cadangnya tak terjamin dalam jangka panjang.
Berbeda misalnya dengan sebuah negara Asia yang membuat sebuah kapal selam lisensi, populasi kapal selam lisensi itu cuma ada di negara pembuat. Tidak ada Angkatan Laut lain di dunia yang menggunakan kapal selam lisensi itu. Meskipun kapal selam jenis banyak tersedia di dunia, namun dalam urusan bisnis dipastikan Jerman sebagai pemberi lisensi akan memberikan perlakuan berbeda kepada negara ketiga apabila ada yang menjadi konsumen kapal selam lisensi itu. Perlakuan beda itu misalnya dari harga suku cadang, biaya pemeliharaan dan lain sebagainya.
Lagi pula kalau dipelajari lebih jauh, kapal selam lisensi ini tengah menjalani proses penghapusan dari jajaran Angkatan Lautnya. Dalam 3-5 tahun ke depan, jenis kapal selam ini dipastikan sudah tidak ada dalam susunan tempur Angkatan Laut negeri tertentu itu. Posisinya akan digantikan kapal selam lisensi jenis yang lebih baru.
Tentu menjadi pertanyaan, mau dikemanakan sejumlah kapal selam yang telah dan akan dihapus itu. Apakah dijadikan monumen, masuk museum, jadi sasaran penembakan torpedo atau dijual ke negara lain?
Kekuatan laut Indonesia memang sangat memerlukan kehadiran kapal selam baru. Dihadapkan pada situasi tersebut, dibutuhkan kecermatan Departemen Pertahanan dalam memilih jenis kapal selam bagi AL kita. Jangan sampai pilihan dijatuhkan pada jenis kapal selam yang di negara pembuatnya sendiri tengah dihapus dari susunan tempur Angkatan Laut. Bila di masa lalu kita merasa “sakit” dengan kehadiran kapal atas air bekas dari Jerman karena faktor biaya, hendaknya pengalaman itu tidak terulang pada kapal selam.
Dalam memilih kapal selam, banyak pertimbangan yang harus dilakukan. Pertimbangan itu baik menyangkut aspek operasi dan aspek logistik yang menjadi domain Angkatan Laut maupun aspek pembiayaan dan aspek politik yang menjadi domain pemerintah. Tentu perlu yang cermat sebelum memutuskan suatu jenis kapal selam untuk dijadikan pilihan bagi perkuatan Angkatan Laut.
Di luar aspek-aspek itu, hendaknya dipertimbangkan pula masalah populasi kapal selam di dunia. Di antara beberapa kandidat kapal selam yang akan dipilih, mana populasinya yang banyak, mana pula populasinya yang sedikit. Banyak dan sedikitnya populasi kapal selam akan berpengaruh pada aspek logistik nantinya.
Sebagai contoh, meskipun Jerman tidak menggunakan kelas U-209 dalam armada Angkatan Lautnya, namun populasi kapal selam itu banyak di dunia. Artinya jaminan suku cadang cukup aman untuk jangka panjang. Masalah jaminan suku cadang sangat penting, jangan sampai kita membeli kapal selam yang suku cadangnya tak terjamin dalam jangka panjang.
Berbeda misalnya dengan sebuah negara Asia yang membuat sebuah kapal selam lisensi, populasi kapal selam lisensi itu cuma ada di negara pembuat. Tidak ada Angkatan Laut lain di dunia yang menggunakan kapal selam lisensi itu. Meskipun kapal selam jenis banyak tersedia di dunia, namun dalam urusan bisnis dipastikan Jerman sebagai pemberi lisensi akan memberikan perlakuan berbeda kepada negara ketiga apabila ada yang menjadi konsumen kapal selam lisensi itu. Perlakuan beda itu misalnya dari harga suku cadang, biaya pemeliharaan dan lain sebagainya.
Lagi pula kalau dipelajari lebih jauh, kapal selam lisensi ini tengah menjalani proses penghapusan dari jajaran Angkatan Lautnya. Dalam 3-5 tahun ke depan, jenis kapal selam ini dipastikan sudah tidak ada dalam susunan tempur Angkatan Laut negeri tertentu itu. Posisinya akan digantikan kapal selam lisensi jenis yang lebih baru.
Tentu menjadi pertanyaan, mau dikemanakan sejumlah kapal selam yang telah dan akan dihapus itu. Apakah dijadikan monumen, masuk museum, jadi sasaran penembakan torpedo atau dijual ke negara lain?
Kekuatan laut Indonesia memang sangat memerlukan kehadiran kapal selam baru. Dihadapkan pada situasi tersebut, dibutuhkan kecermatan Departemen Pertahanan dalam memilih jenis kapal selam bagi AL kita. Jangan sampai pilihan dijatuhkan pada jenis kapal selam yang di negara pembuatnya sendiri tengah dihapus dari susunan tempur Angkatan Laut. Bila di masa lalu kita merasa “sakit” dengan kehadiran kapal atas air bekas dari Jerman karena faktor biaya, hendaknya pengalaman itu tidak terulang pada kapal selam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar