All hands,
Dibandingkan dengan di media udara dan permukaan, network-centric warfare pada media bawah permukaan air belum dapat dieksploitasi penuh karena karakter dari kolom air. Namun demikian, beberapa Angkatan Laut kini tengah berupaya mengembangkan teknologi dalam peperangan kapal selam yang bisa terkoneksi dengan wahana di udara dan permukaan. Selain Amerika Serikat, Australia merupakan negara berambisi agar kemampuan peperangan kapal selamnya terkoneksi dalam NCW.
Ada beberapa kendala dalam menggelar peperangan kapal selam dalam NCW adalah sistem sensor dan komunikasi. Misalnya komunikasi antara wahana di udara ---baik berawak maupun tidak berawak--- dengan kapal selam yang tengah menyelam di bawah permukaan air. Atau komunikasi antara markas besar dengan kapal selam.
Kendala berikutnya adalah ketersediaan sistem sensor bawah air. Sistem sensor ini selain harus dapat terhubung dengan wahana di permukaan air dan udara, juga harus terhubung dengan kapal selam dan juga UUV. UUV berfungsi untuk membantu kapal selam untuk mendeteksi kehadiran kapal selam dan kapal atas air lawan.
Turut pula menjadi kendala adalah sifat fisika dan kimia kolom air, misalnya eksistensi layer. Seperti diketahui, layer dapat membelokkan pancaran gelombang akustik.
Secara singkat, biaya pengembangan NCW yang terkait dengan peperangan kapal selam nampaknya lebih mahal daripada jenis peperangan yang terjadi di permukaan dan atas permukaan. Artinya hanya Angkatan Laut yang didukung dengan anggaran ekstra memadai yang bisa mengembangkan dan mengadopsi teknologi itu.
Dikaitkan dengan Indonesia, yang perlu menjadi hirauan kita adalah Australia tengah mengembangkan teknologi demikian untuk peperangan kapal selamnya. Menghadapi situasi itu, realitas menunjukkan Indonesia sulit untuk bersaing mengembangkan teknologi NCW tandingan untuk merespon Australia. Akan tetapi bukan tidak ada peluang sama sekali yang terbuka.
Peluang yang terbuka antara lain adalah mengembangkan sistem deteksi bawah air di perairan Indonesia, setidaknya di beberapa perairan strategis seperti choke points. Meskipun hal itu masih jauh dari NCW, setidaknya sebagian kolom air di perairan negeri ini bisa kita pantau nantinya. Dengan demikian, setidaknya kita bisa memantau pergerakan kapal selam asing.
Dibandingkan dengan di media udara dan permukaan, network-centric warfare pada media bawah permukaan air belum dapat dieksploitasi penuh karena karakter dari kolom air. Namun demikian, beberapa Angkatan Laut kini tengah berupaya mengembangkan teknologi dalam peperangan kapal selam yang bisa terkoneksi dengan wahana di udara dan permukaan. Selain Amerika Serikat, Australia merupakan negara berambisi agar kemampuan peperangan kapal selamnya terkoneksi dalam NCW.
Ada beberapa kendala dalam menggelar peperangan kapal selam dalam NCW adalah sistem sensor dan komunikasi. Misalnya komunikasi antara wahana di udara ---baik berawak maupun tidak berawak--- dengan kapal selam yang tengah menyelam di bawah permukaan air. Atau komunikasi antara markas besar dengan kapal selam.
Kendala berikutnya adalah ketersediaan sistem sensor bawah air. Sistem sensor ini selain harus dapat terhubung dengan wahana di permukaan air dan udara, juga harus terhubung dengan kapal selam dan juga UUV. UUV berfungsi untuk membantu kapal selam untuk mendeteksi kehadiran kapal selam dan kapal atas air lawan.
Turut pula menjadi kendala adalah sifat fisika dan kimia kolom air, misalnya eksistensi layer. Seperti diketahui, layer dapat membelokkan pancaran gelombang akustik.
Secara singkat, biaya pengembangan NCW yang terkait dengan peperangan kapal selam nampaknya lebih mahal daripada jenis peperangan yang terjadi di permukaan dan atas permukaan. Artinya hanya Angkatan Laut yang didukung dengan anggaran ekstra memadai yang bisa mengembangkan dan mengadopsi teknologi itu.
Dikaitkan dengan Indonesia, yang perlu menjadi hirauan kita adalah Australia tengah mengembangkan teknologi demikian untuk peperangan kapal selamnya. Menghadapi situasi itu, realitas menunjukkan Indonesia sulit untuk bersaing mengembangkan teknologi NCW tandingan untuk merespon Australia. Akan tetapi bukan tidak ada peluang sama sekali yang terbuka.
Peluang yang terbuka antara lain adalah mengembangkan sistem deteksi bawah air di perairan Indonesia, setidaknya di beberapa perairan strategis seperti choke points. Meskipun hal itu masih jauh dari NCW, setidaknya sebagian kolom air di perairan negeri ini bisa kita pantau nantinya. Dengan demikian, setidaknya kita bisa memantau pergerakan kapal selam asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar