All hands,
Dalam urusan sengketa wilayah dengan negara-negara lain, Cina dikenal selalu bersikap asertif. Hal itu telah berlangsung sejak lama dan bukan baru beberapa tahun terakhir. Sikap asertif Cina tersebut perlu diwaspadai seiring meningkatnya pembangunan kekuatan militer negeri itu, termasuk pembangunan kekuatan laut.
Pembangunan kekuatan laut Cina harus dinilai secara berhati-hati agar jangan sampai terjebak pada sikap melebih-lebihkan. Misalnya, apabila Beijing telah selesai melakukan perbaikan terhadap bekas kapal induk eks Rusia dan melengkapi kapal itu dengan pesawat tempur, maka secara teoritis kemampuan proyeksi kekuatannya meningkat. Namun dalam praktek, peningkatan kemampuan proyeksi itu diragukan ketika membahas proyeksi kekuatan menggunakan kapal induk.
Sebab di situ harus melakukan penilaian kembali terhadap bagaimana kemampuan melindungi konvoi kapal induk itu. Yang tercakup dengan kemampuan itu antara lain peperangan permukaan dan anti permukaan, peperangan anti kapal selam anti kapal selam, peperangan udara dan anti udara dan peperangan elektronika dan anti elektronika. Begitu pula dengan soal kodal konvoi tersebut, baik antar unsur dalam konvoi maupun dengan markas operasional di daratan Cina.
Lepas dari itu semua, terkait dengan sikap asertif Cina maka ke depan ekuilibrium kawasan akan terganggu. Mengapa terganggu? Laju pembangunan kekuatan militer Cina tidak bisa diimbangi secara proporsional oleh negara-negara lain di Asia Pasifik, kecuali Amerika Serikat dan Jepang. Ketidakmampuan itu akan menimbulkan ketidakseimbangan kekuatan di kawasan, karena Cina merasa dirinya lebih superior sehingga semakin asertif terhadap negara-negara lain yang mempunyai sengketa wilayah dengannya.
Dalam konteks Indonesia, negeri ini hendaknya mewaspadai pembangunan kekuatan militer Cina. Dalam 10-15 tahun ke depan, menurut hemat saya Cina akan menjadi ancaman potensial terhadap Indonesia. Harap diingat soal kasus sembilan garis putus-putus di Laut Cina Selatan dan tindakan kapal perikanan Cina di ZEE Indonesia di perairan tersebut.
Lalu bagaimana menghadapi potensi ancaman Cina? Pertama, laksanakan secara konsisten pembangunan kekuatan yang telah disetujui (MEF). Kedua, mainkan kartu Amerika Serikat. Memainkan kartu Amerika Serikat bukan berarti Indonesia menjadi subordinat dari Washington, tetapi sebagai salah satu upaya untuk mengamankan kepentingan nasional Indonesia sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar