All hands,
Program midlife modernization (MLM) yang dilaksanakan oleh kekuatan laut Indonesia menghadapi berbagai tantangan, satu di antaranya tentang suku cadang kritis untuk berbagai komponen kapal perang. Tantangan tersebut muncul karena dalam program itu, tidak semua subsistem diganti dengan teknologi yang lebih baru. Akibatnya subsistem kapal perang keluaran program MLM merupakan campuran antara subsistem yang menggunakan teknologi yang lebih baru dengan subsistem yang masih mengandalkan pada teknologi awal yang disandang oleh kapal perang tersebut. Di situlah muncul isu suku cadang kritis bagi subsistem lama yang tidak mengalami penggantian selama program MLM dilaksanakan.
Munculnya isu tersebut karena subsistem itu tidak lagi didukung oleh pabrikannya, dalam bentuk produksi suku cadang. Suku cadang kritis seringkali secara nominal tergolong murah, namun dapat berakibat kerugian besar apabila tidak tersedia. Ketiadaan suku cadang itu atau setidaknya kelangkaan suku cadang tersebut dapat berpengaruh pada kinerja kapal perang secara keseluruhan. Sehingga pada akhirnya berujung pada kerugian dalam mengamankan kepentingan nasional yang terkait dengan domain maritim.
Bertolak dari isu seperti ini, program MLM ke depan perlu disempurnakan pelaksanaannya. Maksudnya, semua subsistem yang secara teknologi terus berevolusi sebaiknya diganti sekaligus dalam program itu. Jadi bukan sekedar sistem pendorong yang diganti, tetapi juga sewaco dan lain sebagainya. Bila biaya penggantian semua subsistem itu dinilai harganya mendekati harga membeli kapal perang baru, tentu akan lebih bijaksana bila melakukan pengadaan kapal perang baru sekaligus.
Program midlife modernization (MLM) yang dilaksanakan oleh kekuatan laut Indonesia menghadapi berbagai tantangan, satu di antaranya tentang suku cadang kritis untuk berbagai komponen kapal perang. Tantangan tersebut muncul karena dalam program itu, tidak semua subsistem diganti dengan teknologi yang lebih baru. Akibatnya subsistem kapal perang keluaran program MLM merupakan campuran antara subsistem yang menggunakan teknologi yang lebih baru dengan subsistem yang masih mengandalkan pada teknologi awal yang disandang oleh kapal perang tersebut. Di situlah muncul isu suku cadang kritis bagi subsistem lama yang tidak mengalami penggantian selama program MLM dilaksanakan.
Munculnya isu tersebut karena subsistem itu tidak lagi didukung oleh pabrikannya, dalam bentuk produksi suku cadang. Suku cadang kritis seringkali secara nominal tergolong murah, namun dapat berakibat kerugian besar apabila tidak tersedia. Ketiadaan suku cadang itu atau setidaknya kelangkaan suku cadang tersebut dapat berpengaruh pada kinerja kapal perang secara keseluruhan. Sehingga pada akhirnya berujung pada kerugian dalam mengamankan kepentingan nasional yang terkait dengan domain maritim.
Bertolak dari isu seperti ini, program MLM ke depan perlu disempurnakan pelaksanaannya. Maksudnya, semua subsistem yang secara teknologi terus berevolusi sebaiknya diganti sekaligus dalam program itu. Jadi bukan sekedar sistem pendorong yang diganti, tetapi juga sewaco dan lain sebagainya. Bila biaya penggantian semua subsistem itu dinilai harganya mendekati harga membeli kapal perang baru, tentu akan lebih bijaksana bila melakukan pengadaan kapal perang baru sekaligus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar