All hands,
Rudal adalah salah satu senjata anti akses yang sangat diperhitungkan oleh Angkatan Laut negara-negara maju. Kelompok Hizbullah Lebanon yang tergolong aktor non negara telah membuktikan bagaimana eksploitasi rudal dalam strategi anti akses memberikan pengaruh pada jalannya perang atau konflik. Oleh karena itu, penyebaran rudal makin diperketat oleh negara-negara maju sebagai produsen sistem senjata itu.
Apabila diteliti lebih jauh, terdapat dua jenis rudal Angkatan Laut yang diklasifikasikan sebagai senjata anti akses. Pertama adalah rudal anti kapal, yang jarak efektifnya sekitar 100 km. Kedua adalah rudal jelajah dengan jarak efektif antara 100 km-300 km. C-802, Harpoon dan Exocet adalah contoh rudal jenis pertama, sedangkan Yakhont, Moskit dan Tomahawk merupakan rudal jenis kedua.
Entah didesain atau hanya kebetulan belaka, kekuatan laut Indonesia mempunyai kedua jenis senjata anti akses itu. Bila di masa lalu rudal anti kapalnya adalah Exocet, kini C-802 dioperasikan sebagai rudal anti kapal. Adapun Yakhont merupakan aset Angkatan Laut Indonesia yang berkategori rudal jelajah. Pertanyaannya, apa arti semua itu?
Pada satu sisi, terdapat peluang besar bagi Indonesia untuk mengeksploitasi kehadiran kedua jenis rudal dalam sistem senjata Angkatan Lautnya. Kedua, pasti ada upaya dari negara-negara yang merasa terancam dengan kehadiran rudal itu untuk mengurangi keefektifan kinerja kedua rudal. Misalnya tidak memberikan lisensi ekspor untuk radar pengamatan yang dapat memenuhi kebutuhan operasional rudal jelajah. Menghadapi semua itu, tentu saja selalu tersedia jalan keluar selama mampu kreatif dan berpikir out of the box.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar