All hands,
Kekuatan udara Angkatan Laut dalam melaksanakan tugas pokoknya mutlak harus didukung oleh eksistensi pangkalan udara. Di setiap sektor patroli, selalu terdapat satu atau beberapa Lanudal terdekat. Dalam gelar kekuatan Lanudal saat ini, terdapat pandangan bahwa masih ada beberapa sektor patroli yang belum diliput oleh eksistensi pangkalan udara. Misalnya di pantai barat Pulau Sumatera dan sepanjang antara Lombok sampai dengan Kupang.
Di Kupang memang sudah terdapat Lanudal, namun tidak demikian halnya di pulau-pulau yang terbentang antara Pulau Lombok sampai Pulau Timor. Padahal sektor perairan tersebut juga strategis untuk gelar kekuatan udara secara rutin, karena “berhadapan” langsung dengan Australia. Selain itu, terkait pula dengan pengendalian ALKI II dan ALKI III yang sebagian di antaranya mempunyai relevansi dengan ambisi proyeksi kekuatan negeri yang didirikan oleh para narapidana.
Adapun di pantai barat Pulau Sumatera juga demikian, diperlukan kehadiran patroli maritim secara rutin. Pelayaran yang menggunakan perairan pantai barat Pulau Sumatera dapat “berujung” pada Selat Sunda, salah satu chokepoint, bagian dari ALKI I dan jalur pendekat ke Laut Jawa.
Selain terkait isu proyeksi kekuatan Angkatan Laut negara-negara lain, nilai strategis gelar Lanudal di kedua wilayah terkait pula dengan makin bertambah ramainya penggunaan kapal ULCC. Kapal ULCC yang mempunyai panjang sekitar 405 meter dengan draft lebih dari 30 m dipastikan tidak mampu melalui Selat Malaka dan Selat Singapura, khususnya One Fathom Bank. Sehingga pilihannya tinggal Selat Sunda atau Selat Lombok. Di situlah pentingnya gelar kekuatan Lanudal di pantai barat Pulau Sumatera dan antara Pulau Lombok sampai dengan Pulau Timor.
Kekuatan udara Angkatan Laut dalam melaksanakan tugas pokoknya mutlak harus didukung oleh eksistensi pangkalan udara. Di setiap sektor patroli, selalu terdapat satu atau beberapa Lanudal terdekat. Dalam gelar kekuatan Lanudal saat ini, terdapat pandangan bahwa masih ada beberapa sektor patroli yang belum diliput oleh eksistensi pangkalan udara. Misalnya di pantai barat Pulau Sumatera dan sepanjang antara Lombok sampai dengan Kupang.
Di Kupang memang sudah terdapat Lanudal, namun tidak demikian halnya di pulau-pulau yang terbentang antara Pulau Lombok sampai Pulau Timor. Padahal sektor perairan tersebut juga strategis untuk gelar kekuatan udara secara rutin, karena “berhadapan” langsung dengan Australia. Selain itu, terkait pula dengan pengendalian ALKI II dan ALKI III yang sebagian di antaranya mempunyai relevansi dengan ambisi proyeksi kekuatan negeri yang didirikan oleh para narapidana.
Adapun di pantai barat Pulau Sumatera juga demikian, diperlukan kehadiran patroli maritim secara rutin. Pelayaran yang menggunakan perairan pantai barat Pulau Sumatera dapat “berujung” pada Selat Sunda, salah satu chokepoint, bagian dari ALKI I dan jalur pendekat ke Laut Jawa.
Selain terkait isu proyeksi kekuatan Angkatan Laut negara-negara lain, nilai strategis gelar Lanudal di kedua wilayah terkait pula dengan makin bertambah ramainya penggunaan kapal ULCC. Kapal ULCC yang mempunyai panjang sekitar 405 meter dengan draft lebih dari 30 m dipastikan tidak mampu melalui Selat Malaka dan Selat Singapura, khususnya One Fathom Bank. Sehingga pilihannya tinggal Selat Sunda atau Selat Lombok. Di situlah pentingnya gelar kekuatan Lanudal di pantai barat Pulau Sumatera dan antara Pulau Lombok sampai dengan Pulau Timor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar