All hands,
Ketika ada berbagai kritikan terhadap pembangunan kekuatan militer Cina, terdapat satu jawaban klasik yang disampaikan oleh Beijing. Beijing berkilah bahwa di masa lalu, maksudnya di masa berbentuk kerajaan, Cina tidak pernah melakukan intervensi (baca: invasi) ke negara-negara lain. Sejarah Cina di masa lalu, masih menurut jawaban ini, berbeda dengan sejarah Barat yang penuh dengan catatan hitam kolonialisme terhadap bangsa kulit berwarna.
Pertanyaannya, benarkah jawaban klasik yang selalu digemakan oleh Beijing tersebut? Setiap bangsa pasti ingin mempertahankan eksistensinya selama mungkin dan itu adalah hukum alam. Untuk mempertahankan eksistensinya, maka dirumuskan hal-hal yang strategis dan vital menyangkut kehidupan bangsa tersebut. Dalam ilmu politik, hal itu dikenal sebagai kepentingan nasional.
Demi kepentingan nasional, suatu bangsa rela menempuh jalan apapun, meskipun dikutuk dan dimaki oleh umat manusia di luar bangsa itu. Lihat saja perilaku Amerika Serikat dan Israel misalnya dalam mempertahankan eksistensi mereka. Afghanistan, Irak, Iran dan Palestina adalah beberapa deret bangsa lain yang menjadi tumbal kepentingan nasional Washington dan Tel Aviv.
Cina tidak dapat pula menghindar dari hukum alam itu. Demi kepentingan nasionalnya, apapun akan ditempuh, termasuk intervensi militer ke negara-negara lain. Soal intervensi ini bukan sebatas Taiwan, tetapi juga akan menjangkau kawasan Laut Cina Selatan dan Asia Tenggara. Yang menjadi pertanyaan hanya soal kapan waktu intervensi tersebut akan terjadi, bukan apakah akan ada intervensi atau tidak. Soal faktor pendorong intervensi bisa berupa soal sengketa wilayah, dapat pula soal keamanan SLOC-nya, boleh pula untuk melindungi keturunan Cina di Asia Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar