All hands,
Apabila dicermati, dewasa ini dalam banyak kesatuan militer di Indonesia terjadi desakralisasi baret. Setidaknya sampai pertengahan 1990-an, pemakaian baret hanya diperuntukkan bagi satuan khusus atau satuan elit. Biasanya yang menggunakan penutup kepala jenis ini adalah satuan tempur, semisal Marinir atau Kopaska di Angkatan Laut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, baret dipakai secara meluas di lingkungan satuan militer reguler. Sehingga disadari atau tidak, kebanggaan menggunakan baret yang sebelumnya terkesan sakral mengalami desakralisasi. Di luar lingkungan Angkatan Laut misalnya, ada satuan-satuan yang selama ini tidak dipandang elit kini diperbolehkan menggunakan baret sebagai penutup kepala mereka.
Sebenarnya desakralisasi baret bukan cuma terjadi di tubuh militer Indonesia, tetapi melanda pula di organisasi Angkatan Bersenjata negara maju seperti Amerika Serikat. Sebagai ilustrasi, sejak awal 2000-an pasukan reguler Angkatan Darat Uwak Sam menggunakan baret hitam. Pemakaian itu mendapat kritik keras dari para mantan personel U.S. Army Special Forces yang dikenal sebagai The Green Berets. Kebijakan demikian dipandang oleh para eks anggota pasukan khusus itu sebagai menurunkan nilai pemakaian baret yang sebelumnya identik dengan pasukan khusus atau pasukan elit.
Adapun di Angkatan Laut Amerika Serikat, sepengetahuan saya mereka tidak menggunakan baret, setidaknya di kapal perang. Yang dimaksud dengan Angkatan Laut Amerika Serikat di sini adalah di luar U.S. Marine Corps. Tidak adanya pemakaian baret itu bisa jadi karena pertimbangan operasional, di mana pemakaian baret di kapal perang akan merepotkan, khususnya ketika harus melakukan kegiatan di dek bagian laur yang bersinggungan langsung dengan kencangnya hembusan angin laut. Tentu akan merepotkan antara mengurusi baret di tengah hembusan angin kencang dengan berkonsentrasi pada tugas-tugas yang diperankan.
Sebagai ganti dari baret, para pelaut Amerika Serikat biasanya menggunakan dop sebagai ciri khas Angkatan Laut pada saat menjalankan kegiatan di dek bagian luar yang bersinggungan langsung dengan angin laut. Bagi perwira dan NCO, mereka menggunakan pet Angkatan Laut yang dilengkapi dengan tali yang dikaitkan pada dagu untuk mencegah pet mereka terbawa angin. Tidak jarang pula mereka menggunakan pet lapangan untuk beberapa peran di kapal, seperti peran lambung.
Ditinjau dari aspek filosofis desain busana, pemilihan suatu jenis seragam ---termasuk di dalamnya penutup kepala--- dilakukan berdasarkan pertimbangan kenyamanan pemakaian, lingkungan kerjanya di mana, pertimbangan keselamatan dan lain sebagainya. Sebaiknya hal demikian juga diperhatikan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar