All hands,
Dewasa ini negara-negara maju yang telah puluhan tahun mendominasi teknologi rudal kian khawatir dengan proliferasi rudal penjelajah ke negara-negara berkembang. Proliferasi itu bukan saja menyangkut senjata, tetapi terkait pula dengan teknologi yang dikandung oleh senjata itu. Oleh karena itu, dengan segala daya dan upaya negara-negara itu berupaya membatasi proliferasi tersebut.
Kekhawatiran itu antara lain didorong oleh keandalan rudal penjelajah sebagai senjata anti akses. Rudal itu dalam konteks operasi maritim bisa menjadi ancaman bagi kapal perang yang beroperasi di lepas pantai. Contohnya adalah kasus INS Ahi Hanit pada 14 Juli 2006 di lepas pantai Lebanon.
Upaya pembatasan proliferasi rudal penjelajah bukan saja dengan pengetatan izin ekspor rudal jenis itu maupun teknologinya ke negara-negara berkembang, tetapi mencakup pula pembatasan ekspor subsistem yang mendukung kinerja rudal tersebut, misalnya radar OTHR. Dengan tidak mempunyai radar yang sesuai, maka eksistensi rudal itu di suatu kapal perang menjadi tidak berarti sebab tidak ada penuntunnya.
Indonesia telah mempunyai beberapa rudal penjelajah yang dibeli dari negara non Barat bagi modernisasi sistem senjata Angkatan Laut dan sebagian telah diujicoba secara terbuka dalam latihan militer yang digelar. Sebelumnya kekuatan laut negeri ini mengoperasikan rudal penjelajah buatan Amerika Serikat yang kini telah lewat masa aktifnya. Eksistensi rudal penjelajah itu pada satu sisi meningkatkan daya pukul Angkatan Laut negeri ini, namun di sisi lain berpotensi tidak dapat digunakan secara optimal apabila subsistem pendukungnya sulit diperoleh di pasaran internasional sebagai dampak dari pengetatan kendali ekspor oleh negara-negara maju.
Untuk menghadapi situasi ini, sebaiknya dijajaki pengadaan subsistem pendukung dari negara-negara yang tidak menerapkan kendali ekspor terlalu ketat. Soal masalah interface, hal itu masalah teknis yang bisa dipecahkan apabila antara negara produsen subsistem tidak sama dengan negara pembuat rudal jelajah. Bagaimanapun, kekuatan laut Indonesia membutuhkan rudal jelajah dalam asetnya.
Dewasa ini negara-negara maju yang telah puluhan tahun mendominasi teknologi rudal kian khawatir dengan proliferasi rudal penjelajah ke negara-negara berkembang. Proliferasi itu bukan saja menyangkut senjata, tetapi terkait pula dengan teknologi yang dikandung oleh senjata itu. Oleh karena itu, dengan segala daya dan upaya negara-negara itu berupaya membatasi proliferasi tersebut.
Kekhawatiran itu antara lain didorong oleh keandalan rudal penjelajah sebagai senjata anti akses. Rudal itu dalam konteks operasi maritim bisa menjadi ancaman bagi kapal perang yang beroperasi di lepas pantai. Contohnya adalah kasus INS Ahi Hanit pada 14 Juli 2006 di lepas pantai Lebanon.
Upaya pembatasan proliferasi rudal penjelajah bukan saja dengan pengetatan izin ekspor rudal jenis itu maupun teknologinya ke negara-negara berkembang, tetapi mencakup pula pembatasan ekspor subsistem yang mendukung kinerja rudal tersebut, misalnya radar OTHR. Dengan tidak mempunyai radar yang sesuai, maka eksistensi rudal itu di suatu kapal perang menjadi tidak berarti sebab tidak ada penuntunnya.
Indonesia telah mempunyai beberapa rudal penjelajah yang dibeli dari negara non Barat bagi modernisasi sistem senjata Angkatan Laut dan sebagian telah diujicoba secara terbuka dalam latihan militer yang digelar. Sebelumnya kekuatan laut negeri ini mengoperasikan rudal penjelajah buatan Amerika Serikat yang kini telah lewat masa aktifnya. Eksistensi rudal penjelajah itu pada satu sisi meningkatkan daya pukul Angkatan Laut negeri ini, namun di sisi lain berpotensi tidak dapat digunakan secara optimal apabila subsistem pendukungnya sulit diperoleh di pasaran internasional sebagai dampak dari pengetatan kendali ekspor oleh negara-negara maju.
Untuk menghadapi situasi ini, sebaiknya dijajaki pengadaan subsistem pendukung dari negara-negara yang tidak menerapkan kendali ekspor terlalu ketat. Soal masalah interface, hal itu masalah teknis yang bisa dipecahkan apabila antara negara produsen subsistem tidak sama dengan negara pembuat rudal jelajah. Bagaimanapun, kekuatan laut Indonesia membutuhkan rudal jelajah dalam asetnya.
1 komentar:
hai lama ga berkunjung. sekarang tampilannya lebih fresh :D
negara2 maju slalu gitu, ga rela kalo negara laen punya kemampuan senjata lebih maju. kalo gitu woro2 ngelarang dalihnya demi perdamaian
Posting Komentar