All hands,
Dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) Angkatan Laut, pesawat udara merupakan salah satu bagian integral di dalamnya. Oleh karena itu, interoperability antara pesawat udara dengan unsur SSAT lainnya merupakan suatu keharusan. Satu di antaranya adalah interoperability antara pesawat udara dengan kapal perang, termasuk di dalamnya kemampuan pesawat udara untuk beroperasi ke dan dari atas kapal perang, dalam hal ini kapal permukaan.
Untuk bisa mewujudkan kemampuan itu secara optimal, selain dibutuhkan penerbang Angkatan Laut yang berkualifikasi mampu beroperasi ke dan dari atas kapal perang, juga diperlukan sistem navigasi di kapal perang yang memadai. Satu di antara sistem navigasi itu adalah alat penuntun bagi pesawat udara ketika approaching kapal perang di tengah laut atau di wilayah lainnya, termasuk di pangkalan. Meskipun bisa, tetapi mencari secara manual posisi kapal perang di tengah laut atau di tengah sejumlah kapal perang yang tengah sandar atau lego jangkar di pangkalan akan membutuhkan waktu lebih lama.
Sehingga eksistensi alat bantu navigasi di kapal perang untuk menuntun pesawat udara yang approaching mutlak dibutuhkan. Pertanyaannya alat bantu navigasi apa yang sebaiknya dipasang pada kapal perang yang mempunyai dek heli? Mengacu pada sistem navigasi penerbangan, alat yang terpasang minimal NDB untuk membantu navigasi pesawat udara mencari kapal perang yang dimaksud. Akan lebih bagus apabila yang terpasang adalah TACAN, karena secara teknologi TACAN lebih kompleks sehingga bisa memberikan data navigasi yang jauh lebih lengkap dibandingkan NDB.
Dengan adanya peralatan navigasi penerbangan di kapal perang, operasi penerbangan dapat dilakukan 24 jam dan tidak tergantung ada tidaknya sinar matahari yang menerangi bumi. Kebutuhan nyata operasi di laut tidak mengenal siang atau malam dan di situlah pentingnya alat bantu navigasi bagi pesawat udara yang beroperasi di dek kapal perang.
Dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) Angkatan Laut, pesawat udara merupakan salah satu bagian integral di dalamnya. Oleh karena itu, interoperability antara pesawat udara dengan unsur SSAT lainnya merupakan suatu keharusan. Satu di antaranya adalah interoperability antara pesawat udara dengan kapal perang, termasuk di dalamnya kemampuan pesawat udara untuk beroperasi ke dan dari atas kapal perang, dalam hal ini kapal permukaan.
Untuk bisa mewujudkan kemampuan itu secara optimal, selain dibutuhkan penerbang Angkatan Laut yang berkualifikasi mampu beroperasi ke dan dari atas kapal perang, juga diperlukan sistem navigasi di kapal perang yang memadai. Satu di antara sistem navigasi itu adalah alat penuntun bagi pesawat udara ketika approaching kapal perang di tengah laut atau di wilayah lainnya, termasuk di pangkalan. Meskipun bisa, tetapi mencari secara manual posisi kapal perang di tengah laut atau di tengah sejumlah kapal perang yang tengah sandar atau lego jangkar di pangkalan akan membutuhkan waktu lebih lama.
Sehingga eksistensi alat bantu navigasi di kapal perang untuk menuntun pesawat udara yang approaching mutlak dibutuhkan. Pertanyaannya alat bantu navigasi apa yang sebaiknya dipasang pada kapal perang yang mempunyai dek heli? Mengacu pada sistem navigasi penerbangan, alat yang terpasang minimal NDB untuk membantu navigasi pesawat udara mencari kapal perang yang dimaksud. Akan lebih bagus apabila yang terpasang adalah TACAN, karena secara teknologi TACAN lebih kompleks sehingga bisa memberikan data navigasi yang jauh lebih lengkap dibandingkan NDB.
Dengan adanya peralatan navigasi penerbangan di kapal perang, operasi penerbangan dapat dilakukan 24 jam dan tidak tergantung ada tidaknya sinar matahari yang menerangi bumi. Kebutuhan nyata operasi di laut tidak mengenal siang atau malam dan di situlah pentingnya alat bantu navigasi bagi pesawat udara yang beroperasi di dek kapal perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar