All hands,
Ancaman terhadap kapal permukaan satu di antaranya bersumber dari rudal permukaan ke permukaan. Guna menghadapi ancaman tersebut, setiap kapal perang dituntut untuk mempunyai sistem pertahanan anti rudal yang andal. Sistem pertahanan anti rudal bisa berupa CIWS seperti Phalanx yang memperkuat kapal perang U.S. Navy dan sekutunya, dapat pula berupa flares.
Bagi kekuatan laut Indonesia, sistem pertahanan anti rudal permukaan masih menjadi pekerjaan rumah sebagaimana halnya sistem pertahanan anti serangan udara. Mengapa demikian? Pertama, karena belum semua kapal perang dilengkapi dengan sistem pertahanan anti rudal yang memadai, khususnya kapal-kapal kombatan. Sebab kapal jenis ini akan mempunyai tugas melindungi konvoi maupun melakukan engagement dengan lawan, sehingga sangat layak dibekali dengan sistem pertahanan diri.
Kedua, uji sistem secara berkala. Sistem pertahanan anti rudal kapal, misalnya flares, idealnya harus diuji secara berkala. Pengujian itu penting karena tanpa pernah digunakan pun, flares mempunyai batas masa pakai. Artinya, dipakai atau tidak dipakai nasib flares akan tetap sama yaitu akan "habis" dengan sendirinya.
Tentu menjadi pertanyaan bagaimana menguji flares tersebut secara rutin? Salah satu caranya adalah memindahkan perangkat flares itu dari kedudukannya di sebuah kapal perang dan kemudian memasangnya di sasaran tertentu, misalnya kapal perang yang sudah dihapus dari susunan tempur. Kemudian kapal sasaran itu diuji tembak dengan rudal permukaan dan flares diaktifkan pula. Dari situ akan bisa terlihat bagaimana kinerja flares dan bagaimana pula kinerja rudal anti kapal yang ditembakkan.
Apakah flares-nya mampu menipu anti kapal atau tidak? Kalau mampu mengecoh berarti rudal anti kapalnya perlu dipertanyakan keandalannya. Sebaliknya, bila rudal anti kapal mampu menghindari pengecohan oleh flares, berarti keandalan flares merek x yang digunakan harus dipertanyakan.